|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
Nun di halaman
rumah yang teduh dan asri rumah tinggal pasangan Sindhumurti dan Nirutti,
duda dan janda yang baru menikah malam tadi. menjadi persinggahan terakbir
Sangaji dan Salindri.
Dan di balai-balai rotan yang sudah usang, di bawah pohon rambutan yang berdaun rindang, fantasi Sangaji dan Salindri melayang-layang, terbang bersama syair bersayap nada tembang yang dinyanyikan Nirukti sepenuh kasih sayang, sesyahdu pandang matanya yang menerawang, seperti tatapan putus asa seorang petualang, yang tersesat di gurun sahara yang gersang, tatkala segala miliknya musnah dan hilang, bahkan tak lagi ditemukannya jalan menuju pulang, dan akhirnya terkapar rebah berbaring telentang, walau nyalinya masih tak gentar menantang. namun sorot matanya tak lagi menyala garang, bahkan sendu, rapuh, basah berlinang-linang, dan semuanya itu menyerupai bayang-bayang dari seni mengolah bunyi menjadi lambang-lambang, yang dikuasa Nirukti dengan sangat cemerlang. membuat Sindhumuni semakin mabuk kepayang. Sangaji dan Salindri pun semakin mesra, karena tembang yang dipetik Nirukti atas nama cinta, dan pohon rahasia di taman gaib Kitab Smaragama, tak cuma menyembuhkan segala luka duka nestapa, tapi juga mengantarkan mereka mencapai kamarasa, yakni kenikmatan asmara tanpa persentahan raga, kenikmatan yang sepenuhnya tercipta dan rasa cinta, sehingga lebih tepat jika disebut kebahagiaan jiwa. Dan kebahagiaan
jiwa itu diwarna rasa haru, saat Nirukti melantunkan bait kamarasa itu,
dengan suara yang kian lirih, semakin sendu. karena bait itu mengingatkannya
pada masa lalu.
Bagi mereka yang karena satu dan lain hal, bahtera perkawinannya retak dan akhirnya gagal, hendaknya tidak cuma sekadar merasa menyesal, tapijuga berusaha agar hidupnya tidak hancur total, lantaran tergiur kehidupan banal dan penuh skandal membius di dalam nikmat duniawi yang tak bermoral dan baru menginsyafi perbuatannya berakibat fatal, ketika hidupnya telah sampai di batas ajal.” Dan air mata
yang meluap dan kedalaman hati, dibiarkan meleleh di pipi Nirukti, di pipi
Sindhumurti. namun bahkan Sangaji dan Salindri tak menyadari, lantaran
tenggelam dalam samudera perenungan diri, sementara bait penutup yang dilantunkan
Nirukti, kembali mengalun mengoyak sunyi:
Dan ketika tembang itu selesai didendangkan, Sindhumurti segera mendekap Nirukti dalam pelukan, saling berbagi kesedihan, saling melepas keharuan, saling berharap mampu membangun kebahagiaan, dari puing kegagalan, dan reruntuh penyesalan. sementara Salindri dan Sangaji dicekam keharuan, namun mereka tak sempat saling bertukar pikiran, karena batas waktu pengembaraan di Benua Harapan, mengharuskan Sangaji dan Salindri, duta kebahagiaan, kembali pulang demi memenuhi panggilan kehidupan, dan menapaki perjalanan di bumi kenyataan. Syahdan pengembaraan di belantara mimpi, ciptaan Kitab Smaragama yang gaib dan sakti. terutama dimaksudkan agar Sangaji dan Salindri, terlatih mencari dan menemukan mata air inspirasi, karena setelah Iebih dan sembiIan generasi tak ada seorangpun yang layak dipercayai maka mereka berdua telah terpilih untuk mewarisi rahasia Kitab Smaragama, wacana bernuansa puisi, yang membukakan pintu-pintu rahasia dan misteri, dan yang mengajarkan seni bercinta tingkat tinggi, yang hanya dapat dipelajari, dipahami, dan dikuasai, oleh suami istri yang berikrar dalam pernikahan suci, dan apabila pengembaraan itu telah mereka genapi, maka Kitab Smaragama akan melakukan evaluasi, mendiskusikan yang pernah mereka saksikan sendiri, dan bahkan mereka berdua juga ikut serta mengalami. Itulah sebabnya pada malam pertama pernikahan, setelah Salindri mempersembahkan keperawananan. maka Kitab Smaragama pun menyampaikan wejangan, dan dengan mantra sakti diciptakannya keajaiban, berupa petualangan menjelajahi lika-liku Benua impian, majikan seluruh kota metro dan megapolitan, dan juga mengembarai penjuru Benua Harapan. lbu kandung semua kampung halaman, sehingga Sangaji dan Salindri dapat menyaksikan, kehidupan dalam dimensi mimpi dan dimensi harapan, sehingga apa yang mereka peroleh dan wejangan, dapat dicocokkan dengan yang ada pada kenyataan, kalau mau bahkan dapat langsung dipraktekkan. Hatta Salindri
dan Sangaji terjaga dan tidurnya, dan mendapati dirinya berbaring telanjang
berdua,
Kali ini Sangaji dan Salindri lebih berhati-hati, tidak tergesa seperti saat melakukannya pertama kali, maka Salindri lebih bisa menikmati, bisa mengimbangi, sehingga gairah Sangaji meluap di sekujur pori-pori, mengantarkan mereka ke alam ratimaya suami istri, alam kenikmatan ciptaan seni bercinta tingkat tinggi. Ketika menyaksikan
percintaan mereka berdua, Kitab Smaragama merasa jerih payahnya tak sia-sia,
dan seni bercinta mereka tentu akan lebih sempurna, setelah mereka mempelajari
secara lebih seksama. pengalaman pasangan janda perjaka, perawan duda.
dan terutama pengalaman pasangan duda janda, yang baru mereka kenal selintas
saat mengembara, dan seni bercinta yang unik dan penuh daya cipta.
|
||||||||||
|