Kenikmatan Asmara 

 
 
Cantiq's 
PRO TV  - Harry Thahjono
Malam Pertama
TITIK G-airah
Gairah Kenangan
Pandangan, Bisikan, Rabaan, Kebakaran
Mitos Seks
Bila Gairah Anda Berbeda
Kenikmatan Asmara
Tehnik Berciuman 
AfterPlay
 Nun di halaman rumah yang teduh dan asri rumah tinggal pasangan Sindhumurti dan Nirutti, duda dan janda yang baru menikah malam tadi. menjadi persinggahan terakbir Sangaji dan Salindri. 

Dan di balai-balai rotan yang sudah usang, di bawah pohon rambutan yang berdaun rindang, fantasi Sangaji dan Salindri melayang-layang, terbang bersama syair bersayap nada tembang yang dinyanyikan Nirukti sepenuh kasih sayang, sesyahdu pandang matanya yang menerawang, seperti tatapan putus asa seorang petualang, yang tersesat di gurun sahara yang gersang, tatkala segala miliknya musnah dan hilang, bahkan tak lagi ditemukannya jalan menuju pulang, dan akhirnya terkapar rebah berbaring telentang, walau nyalinya masih tak gentar menantang. namun sorot matanya tak lagi menyala garang, bahkan sendu, rapuh, basah berlinang-linang, dan semuanya itu menyerupai bayang-bayang dari seni mengolah bunyi menjadi lambang-lambang, yang dikuasa Nirukti dengan sangat cemerlang. membuat Sindhumuni semakin mabuk kepayang. 

Sangaji dan Salindri pun semakin mesra, karena tembang yang dipetik Nirukti atas nama cinta, dan pohon rahasia di taman gaib Kitab Smaragama, tak cuma menyembuhkan segala luka duka nestapa, tapi juga mengantarkan mereka mencapai kamarasa, yakni kenikmatan asmara tanpa persentahan raga, kenikmatan yang sepenuhnya tercipta dan rasa cinta, sehingga lebih tepat jika disebut kebahagiaan jiwa. 

Dan kebahagiaan jiwa itu diwarna rasa haru, saat Nirukti melantunkan bait kamarasa itu, dengan suara yang kian lirih, semakin sendu. karena bait itu mengingatkannya pada masa lalu. 
"Suami istri sama-sama mempunyai tugas menuliskan riwayat pernikahan dengan tinta emas. dan bukan dengan air mata duka yang luruh terperas dari hati yang dilukai kata dan perlakuan di luar batas dan jiwa yang diletihkan kehidupan serba tak selaras dan cinta yang dirapuhkan nikmat pergaulan bebas. 
Mereka yang bersepakat menjadi suami istri, mestinya juga telah berusaha saling memahami, bahwa pernikahan merupakan ikatan janji suci, dan siapapun tentu berharap hanya sekali terjadi oleh karena itu suami istri mesti saling memenuhi Ia bersama-sama merawat. menjaga, dan melindungi, keutuhan, kesetiaan, dan kehangatan gairah birahi, hari demi hari selamanya, bahkan saat mereka mati pada ketika itu pula pernikahan mereka hidup abadi  dalam kenangan anak cucu, dalam setiap mimpi. 

Bagi mereka yang karena satu dan lain hal, bahtera perkawinannya retak dan akhirnya gagal, hendaknya tidak cuma sekadar merasa menyesal, tapijuga berusaha agar hidupnya tidak hancur total, lantaran tergiur kehidupan banal dan penuh skandal membius di dalam nikmat duniawi yang tak bermoral dan baru menginsyafi perbuatannya berakibat fatal, ketika hidupnya telah sampai di batas ajal.” 

Dan air mata yang meluap dan kedalaman hati, dibiarkan meleleh di pipi Nirukti, di pipi Sindhumurti. namun bahkan Sangaji dan Salindri tak menyadari, lantaran tenggelam dalam samudera perenungan diri, sementara bait penutup yang dilantunkan Nirukti, kembali mengalun mengoyak sunyi: 
"Ketika fajar pernikahan baru saja menyingsing, roda kehidupan masih lancar berputar menggelinding, tapi akan tiba jua saat-saat yang rawan dan genting, di mana suami isteri merasa pusing tujuh keliling, lantaran segalanya tiba-tiba berputar secepat gasing, membuat suami istri terpaksa harus pontang-panting, karena hidup tak cuma membutuhkan nasi sepiring, tepi juga beragam sarana agar bisa menang bersaing, supaya hidup dan gengsinya tak compang-camping, pada saat itulah suami istri mesti bersedia berunding, sepakat untuk mendahulukan hal yang paling penting, bukannya mendahulukan kepentingan masing-masing, agar kebersamaan suami istri tak hancur berkeping, supaya pemikahan tak berakhir remuk menjadi puing.' 

Dan ketika tembang itu selesai didendangkan, Sindhumurti segera mendekap Nirukti dalam pelukan, saling berbagi kesedihan, saling melepas keharuan, saling berharap mampu membangun kebahagiaan, dari puing kegagalan, dan reruntuh penyesalan. sementara Salindri dan Sangaji dicekam keharuan, namun mereka tak sempat saling bertukar pikiran, karena batas waktu pengembaraan di Benua Harapan, mengharuskan Sangaji dan Salindri, duta kebahagiaan, kembali pulang demi memenuhi panggilan kehidupan, dan menapaki perjalanan di bumi kenyataan. 

Syahdan pengembaraan di belantara mimpi, ciptaan Kitab Smaragama yang gaib dan sakti. terutama dimaksudkan agar Sangaji dan Salindri, terlatih mencari dan menemukan mata air inspirasi, karena setelah Iebih dan sembiIan generasi tak ada seorangpun yang layak dipercayai maka mereka berdua telah terpilih untuk mewarisi rahasia Kitab Smaragama, wacana bernuansa puisi, yang membukakan pintu-pintu rahasia dan misteri, dan yang mengajarkan seni bercinta tingkat tinggi, yang hanya dapat dipelajari, dipahami, dan dikuasai, oleh suami istri yang berikrar dalam pernikahan suci, dan apabila pengembaraan itu telah mereka genapi, maka Kitab Smaragama akan melakukan evaluasi, mendiskusikan yang pernah mereka saksikan sendiri, dan bahkan mereka berdua juga ikut serta mengalami. 

Itulah sebabnya pada malam pertama pernikahan, setelah Salindri mempersembahkan keperawananan. maka Kitab Smaragama pun menyampaikan wejangan, dan dengan mantra sakti diciptakannya keajaiban, berupa petualangan menjelajahi lika-liku Benua impian, majikan seluruh kota metro dan megapolitan, dan juga mengembarai penjuru Benua Harapan. lbu kandung semua kampung halaman, sehingga Sangaji dan Salindri dapat menyaksikan, kehidupan dalam dimensi mimpi dan dimensi harapan, sehingga apa yang mereka peroleh dan wejangan, dapat dicocokkan dengan yang ada pada kenyataan, kalau mau bahkan dapat langsung dipraktekkan. 

Hatta Salindri dan Sangaji terjaga dan tidurnya, dan mendapati dirinya berbaring telanjang berdua, 
bermandi cahaya mentari yang menikam kaca jendela, mereka saling memandangi dengan tatapan mesra, saling mengungkapkan rasa cinta tanpa kata-kata, dan jemari mereka saling remas, gairah pun membara. 

Kali ini Sangaji dan Salindri lebih berhati-hati, tidak tergesa seperti saat melakukannya pertama kali, maka Salindri lebih bisa menikmati, bisa mengimbangi, sehingga gairah Sangaji meluap di sekujur pori-pori, mengantarkan mereka ke alam ratimaya suami istri, alam kenikmatan ciptaan seni bercinta tingkat tinggi. 

Ketika menyaksikan percintaan mereka berdua, Kitab Smaragama merasa jerih payahnya tak sia-sia, dan seni bercinta mereka tentu akan lebih sempurna, setelah mereka mempelajari secara lebih seksama. pengalaman pasangan janda perjaka, perawan duda. dan terutama pengalaman pasangan duda janda, yang baru mereka kenal selintas saat mengembara, dan seni bercinta yang unik dan penuh daya cipta. 
 
 
 
 
 

  
  
 
 

 
  
  
 

 
 
Nulis Email Ke Webmaster
Kembali Ke halaman Utama
1