PROBLEMATIKA
PARIWISATA SUMBAR
Oleh:
Drs Fekrynur, M.Ed.*
POTENSI
Berbagai
julukan diberikan untuk kekayaan alam dan potensi kepariwisataan kita di
Indonesia, khususnya Sumatera Barat. Hal itu memang tak dapat dipungkiri.
Fakta memperlihatkan bahwa potensi alam, budaya, dan sarana
kepariwisataan seperti; jalan, alat telekomunikasi, hotel, restoran dan
alat transportasi sudah bisa dikatakan memadai. Walaupun fasilitas umum
seperti toilet dan tempat istirahat, baik itu di taman-taman kota dan
pedesaan, memang belum memadai jumlah dan kualitasnya.
PROMOSI
Kegiatan
promosi juga cukup gencar diadakan. Baik untuk pariwisata dalam negeri
maupun mancanegara. Kita sering mengirim ‘duta-duta kesenian’ ke
luar negeri, dan berbagai even nasional. Kita mengikuti berbagai pameran
industri dan budaya. Dan yang tidak kalah pentingnya, barangkali, adalah
kegiatan ‘promosi’ oleh para wisatawan itu sendiri; dengan bercerita
dan mengajak temannya untuk datang berkunjung mengulang kunjungan mereka
sebelumnya, yang ‘berkesan’.
PROBLEMA
Menurut
pengamatan saya, bila dibandingkan kepariwisataan kita dengan negara –
negara lain yang telah lebih maju kepariwisataanya, kita mempunyai
permasalahan sebagai berikut:
Kebersihan
objek wisata, dan lingkungan yang dilalui wisatawan. Kebersihan
objek wisata tentu berkait erat dengan sikap warga terhadap kebersihan
dan penanganan sampah. Di Kota Padang saja tidak kurang dari 300 ton
sampah dihasilkan dalam sehari. Enam puluh persen (60%) dari sampah itu
adalah kompos yang semestinya dapat terdaur ulang oleh alam. Hanya 40 %
saja yang berupa plastik, kaleng kaca dan lain-lain yang memerlukan
penaganan khusus. Akan tetapi semua sampah itu dibuang bercampur baur,
dan berbau. Objek wisata dan lingkungan pendukungnya dikotori oleh
sampah domestik seperti itu.
Fasilitas
umum dan penanganannya; WC, lampu-lampu taman, pagar
Objek
wisata mungkin dapat dijaga kebersihannya dengan menggaji petugas untuk
kebersihan. Tetapi bila masyarakat yang tinggal berdekatan dengan objek
wisata itu tidak, atau belum, menghargai pentingnya kebersihan, maka
petugas akan kewalahan. Di beberapa objek wisata, petugas kebersihannya
sendiri, kelihatan hanya bekerja sekedar
‘mengalihkan sampah’. Dengan begitu kebersihan tidak tercipta.
Penanganan WC umum dan perawatan lampu dan pagar yang kurang memadai
juga memberi kesan kumuh dan semrawutnya objek wisata.
Rendahnya
Standar Kebersihan dan Mutu Makanan di banyak rumah makan dan
tempat jajanan ‘restoran rakyat’.
Kondisi
ini membuat kehadiran para wisatawan kurang bermakna bagi masyarakat
kalangan ‘bawah’ yang berjualan. Karena, wisatawannya tidak belanja
disitu, tapi melihat –lihat saja. Perlu diketahui bahwa, sebahagian
wisatawan mancanegara sangat rentan terhadap sakit perut yang disebabkan
makanan ‘asing’.
Pengangkutan
umum tak terjadwal, dan tarif untuk turis asing sering ‘dipermainkan’.
Pelecehan
seksual, di tempat umum.
Ini
sering dikeluhkan oleh para wisatawan wanita. Katanya mereka sering
dicolek-colek, dicubit tangannya dan dielus-elus oleh lelaki iseng.
“Mereka pikir saya ini apa…!?”; ungkap beberapa wisatawan dengan
kesal.
Pengunjung
yang ‘sopan’ tidak memberitahu kelemahan kita.
Mungkin
saja ada pengunjung mancanegara, yang ‘nakal’. Akan tetapi banyak
sekali dari mereka yang teramat sopan, dan tidak tega berkomentar
apaadanya bila ditanya tentang kepariwisataan kita. Bila ditanya tentang
pengalamannya selama di Indonesia, mereka hanya bercerita tentang yang
bagus-bagus saja. Kita (pejabat yang berkompeten) tidak mendapat tahu,
dari tangan pertama, apa yang semestinya
masih harus dibenahi dalam kepariwisataan.
Semua
permasalahan diatas akan dapat memupuskan kesan positif dari segala
potensi yang ada, atau paling tidak akan membuat orang merekomendasikan
daerah kita dengan begitu banyak peringatan, dan pesan agar berhati-hati.
Bila
itu yang terjadi, maka image kepariwisataan kita akan rusak, dan segala
potensi yang kita bangga-banggakan akan sia-sia. Kita tidak dapat
memetik keuntungan dari potensi itu.
PEMECAHAN
PROBLEMA
Dari
sekian banyak permasalahan yang dihadapi oleh kepariwisataan di tingkat
pelaksanaannya di tengah masyarakat, tak satupun yang mungkin dapat
ditangani dengan kegiatan ‘proyek sekali dor’, oleh pemerintah—Dinas
Pariwisata saja, apalagi oleh suatu badan swasta. Mereka tidak mendapat
dorongan motivasi yang cukup untuk itu, karena tidak akan mendatangkan
‘keuntungan langsung’(quick money) buat mereka.
Hal
ini hanya mungkin dapat diperbaiki dengan suatu sistem dengan
melalui proses pendidikan. Alangkah bagusnya bila pendidikan ini
diarahkan untuk semua warga masyarakat. Ini penting, karena walaupun
mereka tidak tinggal di ‘daerah pariwisata’, namun mereka potensial
menjadi wisatawan (turis domestik), dan akan bersikap kurang menghargai dunia
kepariwisataan yang sangat
terkait dengan aspek kebersihan itu, bila tidak diajari.
Pertanyaannya
sekarang; Siapa yang akan merumuskan sistem itu dan kapan dimulai
mengimplementasikannya melalui pendidikan?
Ya
melalui pendidikan formal persekolahan; ya melalui percontohan oleh para
pejabat sendiri dalam berbagai even formal kepemerintahannya.
Bergerak
sendiri-sendiri, atau sektoral, selama ini telah kita coba, dan hasilnya;
belum maksimal. Masih saja ditemukan banyak sampah berserakan (dibuang)
di tempat wisata seperti di danau-danau. WC umum tak terawat,
onggokan tinja, dan bau urine yang menyengat di tempat-tempat umum ada
dimana-mana. Onggokan limbah plastik campurbaur dengan bau yang
menyengat di ‘tempat-tempat tak bertuan’ namun sering dilalui oleh
wisatawan.
Pemecahan
Masalah Kepariwisataan, kemungkinan akan dapat dilakukan dengan
beberapa tindakan berikut:
-
Dengan
memberikan Pendidikan Tentang Kebersihan Objek
Wisata dan Lingkungan. Ajarkan anggota masyarakat mengelola
sampah dengan baik, disamping, tentunya juga harus disejalankan
dengan pengadaan sarana atau fasilitas penanganan sampah untuk umum.
Bila orang diajar untuk bersih, sementara sistem dan
fasilitasnya tidak disediakan, hasilnya juga tidak akan bagus.
-
Peningkatan
Pemahaman Tentang Pentingnya Pemeliharaan Fasilitas Umum
seperti; toilet, lampu-lampu taman, pagar dll.
-
Peningkatan
Standar Kebersihan Sanitasi dan Mutu Makanan, dan
terakhir
-
Peningkatan
tentang; kesadaran hukum dan
Tatakrama Pergaulan Dikalangan Berbeda Bangsa.
Semoga
ada pemimpin yang tergerak hatinya, dan secara setia berbuat sesuatu
untuk Kepariwisataan Sumatera Barat.
* Penulis adalah seorang pendidik, kini staf Balai Tekkomdik, Dinas
Pendidikan Sumatera
Barat.
----------------------------------------------------------------------------------