PakGuruOnline

   <

 home

 
 

 

 

 

 

 

 

 

 


INFO :


Kurikulum Berbasis Kompetensi

Berita Sekitar Kurikulum

Forum Diskusi Kurikulum

Publikasi Kurikulum

Suplemen GBPP

 

Badan Akreditasi Nasional

Pendidikan Jarak Jauh

Universitas Terbuka

Permuseuman

Perpustakaan Nasional

Reformasi Pendidikan

Bebas Rokok

 

 

USPN No.2 Th. 1989

Dewan Pendidikan

Anggaran

Statistik

Hasil Penelitian

Undang-undang

Inovasi Pendidikan

Kalender Pendidikan

Profil Pendidikan

 

 

 

 

 

 

PROBLEMATIKA PARIWISATA SUMBAR

 

Oleh: Drs Fekrynur, M.Ed.*

 

POTENSI

Berbagai julukan diberikan untuk kekayaan alam dan potensi kepariwisataan kita di Indonesia, khususnya Sumatera Barat. Hal itu memang tak dapat dipungkiri. Fakta memperlihatkan bahwa potensi alam, budaya, dan sarana kepariwisataan seperti; jalan, alat telekomunikasi, hotel, restoran dan alat transportasi sudah bisa dikatakan memadai. Walaupun fasilitas umum seperti toilet dan tempat istirahat, baik itu di taman-taman kota dan pedesaan, memang belum memadai jumlah dan kualitasnya.

 

 

PROMOSI

Kegiatan promosi juga cukup gencar diadakan. Baik untuk pariwisata dalam negeri maupun mancanegara. Kita sering mengirim ‘duta-duta kesenian’ ke luar negeri, dan berbagai even nasional. Kita mengikuti berbagai pameran industri dan budaya. Dan yang tidak kalah pentingnya, barangkali, adalah kegiatan ‘promosi’ oleh para wisatawan itu sendiri; dengan bercerita dan mengajak temannya untuk datang berkunjung mengulang kunjungan mereka sebelumnya, yang ‘berkesan’.

 

PROBLEMA

Menurut pengamatan saya, bila dibandingkan kepariwisataan kita dengan negara – negara lain yang telah lebih maju kepariwisataanya, kita mempunyai permasalahan sebagai berikut:

Kebersihan objek wisata, dan lingkungan yang dilalui wisatawan. Kebersihan objek wisata tentu berkait erat dengan sikap warga terhadap kebersihan dan penanganan sampah. Di Kota Padang saja tidak kurang dari 300 ton sampah dihasilkan dalam sehari. Enam puluh persen (60%) dari sampah itu adalah kompos yang semestinya dapat terdaur ulang oleh alam. Hanya 40 % saja yang berupa plastik, kaleng kaca dan lain-lain yang memerlukan penaganan khusus. Akan tetapi semua sampah itu dibuang bercampur baur, dan berbau. Objek wisata dan lingkungan pendukungnya dikotori oleh sampah domestik seperti itu.

 

Fasilitas umum dan penanganannya; WC, lampu-lampu taman, pagar

Objek wisata mungkin dapat dijaga kebersihannya dengan menggaji petugas untuk kebersihan. Tetapi bila masyarakat yang tinggal berdekatan dengan objek wisata itu tidak, atau belum, menghargai pentingnya kebersihan, maka petugas akan kewalahan. Di beberapa objek wisata, petugas kebersihannya sendiri, kelihatan hanya bekerja sekedar  ‘mengalihkan sampah’. Dengan begitu kebersihan tidak tercipta. Penanganan WC umum dan perawatan lampu dan pagar yang kurang memadai juga memberi kesan kumuh dan semrawutnya objek wisata.

 

Rendahnya Standar Kebersihan dan Mutu Makanan di banyak rumah makan dan tempat jajanan ‘restoran rakyat’.

Kondisi ini membuat kehadiran para wisatawan kurang bermakna bagi masyarakat kalangan ‘bawah’ yang berjualan. Karena, wisatawannya tidak belanja disitu, tapi melihat –lihat saja. Perlu diketahui bahwa, sebahagian wisatawan mancanegara sangat rentan terhadap sakit perut yang disebabkan makanan ‘asing’.

                       

Pengangkutan umum tak terjadwal, dan tarif untuk turis asing sering ‘dipermainkan’.

           

Pelecehan seksual, di tempat  umum.

Ini sering dikeluhkan oleh para wisatawan wanita. Katanya mereka sering dicolek-colek, dicubit tangannya dan dielus-elus oleh lelaki iseng. “Mereka pikir saya ini apa…!?”; ungkap beberapa wisatawan dengan kesal.

 

Pengunjung yang ‘sopan’ tidak memberitahu kelemahan kita.

Mungkin saja ada pengunjung mancanegara, yang ‘nakal’. Akan tetapi banyak sekali dari mereka yang teramat sopan, dan tidak tega berkomentar apaadanya bila ditanya tentang kepariwisataan kita. Bila ditanya tentang pengalamannya selama di Indonesia, mereka hanya bercerita tentang yang bagus-bagus saja. Kita (pejabat yang berkompeten) tidak mendapat tahu, dari tangan pertama, apa yang semestinya  masih harus dibenahi dalam kepariwisataan.

 

Semua permasalahan diatas akan dapat memupuskan kesan positif dari segala potensi yang ada, atau paling tidak akan membuat orang merekomendasikan daerah kita dengan begitu banyak peringatan, dan pesan agar berhati-hati.

Bila itu yang terjadi, maka image kepariwisataan kita akan rusak, dan segala potensi yang kita bangga-banggakan akan sia-sia. Kita tidak dapat memetik keuntungan dari potensi itu. 

 

PEMECAHAN PROBLEMA

Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi oleh kepariwisataan di tingkat pelaksanaannya di tengah masyarakat, tak satupun yang mungkin dapat ditangani dengan kegiatan ‘proyek sekali dor’, oleh pemerintah—Dinas Pariwisata saja, apalagi oleh suatu badan swasta. Mereka tidak mendapat dorongan motivasi yang cukup untuk itu, karena tidak akan mendatangkan ‘keuntungan langsung’(quick money) buat mereka.

 

Hal ini hanya mungkin dapat diperbaiki dengan suatu sistem dengan melalui proses pendidikan. Alangkah bagusnya bila pendidikan ini diarahkan untuk semua warga masyarakat. Ini penting, karena walaupun mereka tidak tinggal di ‘daerah pariwisata’, namun mereka potensial menjadi wisatawan (turis domestik), dan akan bersikap kurang menghargai dunia kepariwisataan  yang sangat terkait dengan aspek kebersihan itu, bila tidak diajari.

 

Pertanyaannya sekarang; Siapa yang akan merumuskan sistem itu dan kapan dimulai mengimplementasikannya melalui pendidikan?

Ya melalui pendidikan formal persekolahan; ya melalui percontohan oleh para pejabat sendiri dalam berbagai even formal kepemerintahannya.

 

Bergerak sendiri-sendiri, atau sektoral, selama ini telah kita coba, dan hasilnya; belum maksimal. Masih saja ditemukan banyak sampah berserakan (dibuang)  di tempat wisata seperti di danau-danau. WC umum tak terawat, onggokan tinja, dan bau urine yang menyengat di tempat-tempat umum ada dimana-mana. Onggokan limbah plastik campurbaur dengan bau yang menyengat di ‘tempat-tempat tak bertuan’ namun sering dilalui oleh wisatawan.

 

Pemecahan Masalah Kepariwisataan, kemungkinan akan dapat dilakukan dengan beberapa tindakan berikut:

  1. Dengan memberikan Pendidikan Tentang Kebersihan Objek Wisata dan Lingkungan. Ajarkan anggota masyarakat mengelola sampah dengan baik, disamping, tentunya juga harus disejalankan dengan pengadaan sarana atau fasilitas penanganan sampah untuk umum. Bila orang diajar untuk bersih, sementara sistem dan  fasilitasnya tidak disediakan, hasilnya juga tidak akan bagus.

  2. Peningkatan Pemahaman Tentang Pentingnya Pemeliharaan Fasilitas Umum seperti; toilet, lampu-lampu taman, pagar dll. 

  3. Peningkatan Standar Kebersihan Sanitasi dan Mutu Makanan, dan terakhir

  4. Peningkatan tentang; kesadaran hukum dan  Tatakrama Pergaulan Dikalangan Berbeda Bangsa. 

Semoga ada pemimpin yang tergerak hatinya, dan secara setia berbuat sesuatu untuk Kepariwisataan Sumatera Barat.

 

* Penulis adalah seorang pendidik, kini staf Balai Tekkomdik, Dinas Pendidikan Sumatera 

    Barat.

 

----------------------------------------------------------------------------------

 

 

Top

 

 

 

 


www.geocities.com/pakguruonline

MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI GURU INDONESIA

    Situs ini menampung sumbangan tulisan, berupa makalah, kajian, serta ciloteh para guru.

Silahkan kirim tulisan  kepada web master

zulfikri@telkom.net

 

1