Bangsa yang berjalan dalam kegelapan melihat terang besar

Oleh: Raymond Laia, Münster, Jerman


Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar (Yes 9:1)


PR: P. Raymond Laia
P1: Pembawa Renungan 1
P2: Pembawa Renungan 2


PR Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar, demikianlah saudara-saudari, teman perayaan natal kita malam ini, yang dikutip dari Yesaya bab 9 yang kita dengar dalam bacaan pertama tadi. Nubuat ini dikumandangkan oleh nabi Yesaya kepada umat Israel 2700 tahun yang lalu. Kala itu bangsa Israel yang dikepung oleh negara-negara tetangganya berada dalam ketakutan dan keputus-asaan. Sang nabi lalu tampil mewartakan janji dari Allah. Masa-masa gelap akan berakhir, fajar damai telah terbit. Bangsa Israel yang berada dalam kegelapan telah melihat terbitnya terang yang besar.

P1 Lalu mengapa tema tentang terang tsb justru dipilih menjadi tema perayaan natal ini, Pater?

PR Kata terang memiliki makna yang sangat kaya, baik dalam Kitab Suci maupun dalam pengertian umum. Dalam pengertian umum terang dapat berarti cahaya nurani, yakni sumbu ilahi yang berkedip-kedip dalam batin kita, yang menegur bila kita akan melawan kehendak Allah dan membisikkan kata-kata dorongan bila kita mengikuti kehendak Tuhan dalam hidup kita. Tetapi makna terang jauh lebih kaya lagi dalam Kitab Suci. Misalnya beberapa contoh: menurut Kitab Kejadian, terang merupakan awal dari kehidupan, awal penciptaan dari segala sesuatu (bdk Kej 1,4-5); kalau pemazmur berkata: Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku (Mzm 119-102), ia memaksudkan kebijaksanaan yang datang dari Sabda Allah sendiri; dalam pengertian Lukas kata terang menunjuk pada keselamatan dari Allah (bdk Lk 1,78; 2,30-32); dan dalam pengertian Rasul Yohanes ia berarti kehadiran Yesus dalam dunia (bdk Yoh 12,46). Nah, segala sifat terang tsb di atas dapat dikenakan kepada Yesus, yang sendiri mengaku: Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup (Yoh 8,12). Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepadaKu jangan tinggal di dalam kegelapan (Yoh 12,46).

P2 Wah, terlalu kaya pengertiannya, Pater. Bagaimana kalau kita kembali saja ke teks Yesaya tadi: Bangsa yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar. Apa sebenarnya dimaksud oleh Yesaya dan mengapa ia berkata demikian?

PR Kutipan dari buku Yesaya yang kita dengar dalam bacaan pertama tadi merupakan sebuah nyanyian syukur atas penyelamatan Allah. Tetapi nyanyian tsb justru lahir tatkala Israel mengalami masa-masa gelap dalam hidupnya. Ia mewartakan kabar tentang berakhirnya zaman perhambaan bangsa-bangsa asing atas Israel. Datangnya terang yang besar merupakan ungkapan harapan akan tibanya pembebasan. Hal itulah yang membawa sukacita yang besar bagi umat Israel.

Namun yang paling menarik adalah ayat kelima dari Yesaya tsb: Seorang putera telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan kepada kita.

P2 Siapa sebenarnya yang dimaksud dengan anak yang baru lahir itu?

PR Para ahli Kitab Suci telah mencoba mengusulkan beberapa kemungkinan jawaban, tetapi mereka tidak dapat memastikan siapakah anak yang dimaksud Yesaya tsb. Mereka mengakui bahwa teks ini penuh teka-teki, menyimpan suatu muatan yang tersembunyi. Ia merupakan nubuat, artinya makna yang terkandung di dalamnya menunjuk sesuatu di masa depan. Dan hal itu memang sangat jelas dalam teks ini. Lihat misalnya ayat 6: Besar kekuasaannya dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan... ia akan mengokohkan kerajaannya dengan keadilan dan kebenaran, dari sekarang sampai selama-lamanya. Bagaimana pun tidak dapat disangkal bahwa teks ini menunjuk kepada sesuatu yang abadi di masa depan. Damai sejahtera yang tak berkesudahan, kerajaan yang berlangsung selama-lamanya, itu semua hanya dapat terjadi di masa depan, kalau Allah sendiri meraja.

P1 Apakah itu berarti bahwa teks ini merupakan nubuat tentang kelahiran Yesus?

PR Benar. Demikianlah iman kita sebagai orang kristen. Teks tsb memang bisa diterapkan kepada salah seorang raja duniawi setelah zaman Yesaya, kalau memang Yesaya memaksud anak yang baru lahir itu raja yang akan memerintah setelah lewatnya masa perang di Israel kala itu. Tetapi sifat keabadian tsb hanya dapat diterapkan atas Yesus.

Masih ada lagi sifat-sifat lain yang menunjang hal tsb. Yesaya menyebutkannya dalam bab 11 bukunya: Roh Tuhan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan Tuhan (ay 2). Siapakah tidak mengiyakan, sifat-sifat tsb terpenuhi dalam diri Yesus?

Dan lagi, kalau Yesaya menyebut anak yang akan lahir itu: Immanuel, yang berarti Tuhan beserta kita, bukankah baru dalam diri Yesuslah hal itu sungguh-sungguh menjadi nyata? Bukan tanpa alasan Penginjil Matius menggaungkan kata-kata ini, Immanuel, Tuhan beserta kita, dalam bab pembukaan dan bab penutup Injilnya.

P2 Benar, Pater. Dalam kisahnya tentang pemberitaan kelahiran Yesus Matius menulis mengutip nabi Yesaya: Sesungguhnya anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka menamakan Dia Immanuel, yang berarti Allah menyertai kita (Mt 1,23). Dan Matius mengakhiri seluruh injilnya dengan janji Yesus ini: Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Mt 28,20). Barangkali itulah benang merah keseluruhan Injil Matius?

P1 Jadi, itulah yang kita rayakan malam ini. Bahwa seorang anak telah lahir, dan Ia adalah Immanuel, Allah beserta kita. Bukankah itu terang besar yang bersinar malam ini, bahwa Allah sudi lahir menjadi manusia seperti kita, ikut merasakan suka duka kita, dan hadir menyertai segala perjuangan kita?

PR Ya...! Jeritan sang bayi dalam palungan merupakan jeritan Allah sendiri yang telah menjadikan jeritan manusia menjadi jeritan-Nya sendiri. Dan dalam jeritan Yesus di atas palang salib sekali lagi menjadi nyata, bahwa Allah telah menjadikan jeritan manusia menjadi jeritan-Nya sendiri. Ia mengawali hidup-duniawi-Nya di dunia ini dalam jeritan dan Ia mengakhirinya juga dalam jeritan. Itulah rahasia penyelamatan Allah kepada kita. Itu pulalah rahasia kata-kata rasul Yohanes yang menulis, Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita (Yoh 1,14). Allah yang hadir di antara kita dalam diri Yesus bukanlah tukang sunglap yang mengubah segala penderitaan dunia dalam sekali ayunan tongkat ajaib, melainkan Allah yang turut menderita bersama kita, ikut terlibat dalam ketakutan dan kecemasan-kecemasan kita, dalam harapan dan cita-cita kita. Itulah pernyataan tertinggi kasih Allah kepada manusia. Tak ada kasih yang lebih besar dari itu (bdk. Yoh 15,13).

P1 Benar, Pater. Pernyataan diri Allah yang sedemikian tak kita temukan selain dalam diri Yesus. Barangkali itulah juga yang diungkapkan oleh penulis Kitab Kepada Orang Ibrani yang dengan kagum mengatakan: Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya (Ibr 1,1-2).

PR Ya! Dan pernyataan kasih Allah yang sedemikian besarlah yang kita rayakan malam ini. Kita bergembira atas kelahiran Kristus Penyelamat kita. Kita ungkapkan sembah dan pujian kita melalui kidung dan nyanyian. Kita turut memadukan dalam pujian para malaikat. Kita rayakan kelahiran terang di tengah-tengah kita. Karena marilah kini mengadakan acara penyalaan lilin terang...

(Lampu diredupkan/dimatikan, dan lilin Natal dinyalakan, lalu semua lilin umat juga dinyalakan. Semua umat diundang berdiri. Setelah itu dalam terang cahaya lilin lagu Malam Kudus dinyanyikan. Sementara umat masih berdiri Injil Lk 2,15-20 dibacakan. Sesudah pembacaan Injil umat dipersilahkan duduk lalu Gloria dinyanyikan)


Catatan: Tulisan ini merupakan renungan pada perayaan Natal bersama mahasiswa Indonesia di kota Münster, Jerman, pada tahun 1995.


1