PENDAHULUAN
بسم
الله الرحمن
الرحيم
Segala Puji bagi
Allah yang telah mempersatukan
diantara hati orang-orang yang beriman, dan menyuruh mereka
untuk berkumpul dan bersatu, dan
melarang mereka dari berpecah-belah dan bermusuhan, dan aku bersaksi
tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya,
yang telah menciptakan dan mentaqdirkan (segala seuatunya), yang telah menurunkan syariat dan memudahkannya,
dan Ia sangat
menyayangi orang-orang yang
beriman, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad itu adalah hamba dan rasul-Nya,
yang telah memerintahkan untuk saling memudahkan
dan saling menyenangkan, sebagaimana sabda beliau:
((يَسِّرُوْا
وَلاَ
تُعَسِّرُوْا،
وَبَشِّرُوْا
وَلاَ
تُنَفِّرُوْا))
?Hendaklah
kamu memudahkan dan jangan kamu
menyulitkan, dan tebarkanlah olehmu berita gembira dan jangan kamu
membuat orang lari (darimu)?, Ya Allah limpahkanlah selawat dan salam
serta keberkatan-Mu kepada nabi Muhammad r, serta kepada para keluarganya
yang suci dan para sahabatnya, yang telah digambarkan Allah bahwa mereka tersebut
sangat keras terhadap orang-orang kafir dan saling
berkasih-sayang antara sesama mereka, dan limpahkan juga
selawat dan salam serta keberkatan
tersebut terhadap orang yang mengikuti mereka dengan baik
sampai hari kemudian, Ya Allah tunjukilah aku, dan tunjukanlah (kebenaran) untukku, dan beri petunjuklah
(orang lain) dengan ku, Ya allah
bersihkanlah hatiku dari rasa dengki,
dan luruskanlah lidahku dalam menyampaikan
kebenaran, Ya Allah aku berselindung dengan-Mu bahwa aku menyesatkan (orang lain) atau disesatkan (orang lain), atau menggelincir (orang lain dari kebenaran) atau digelincirkan (orang lain dari kebenaran), atau menzholimi (orang lain) atau dizholimi (orang lain), atau mejahili (orang lain) atau dijahili (orang lain).
Berikutnya ;
Ahlus Sunnah wal Jama?ah adalah mereka yang mengikuti jalan Rasulullah r dan para sahabatnya, penisbahan mereka kepada Sunnah Rasulullah r, yang beliau suruh untuk berpegang
teguh dengannya, dengan sabda beliau:
((فَعَلَيْكُمْ
بِسُنَّتِيْ
وَسُنَّتِيْ
الْخُلَفَاءِ
الْرَّاشِدِيْنَ
الْمَهْدِيِيْنَ
مِنْ
بَعْدِيْ،
تَمَسَّكُوْا
بِهَا وَعَضُّوْا
عَلَيْهَا
بِالنَّوَاجِذِ)).
?Maka
berpegang-teguhlah kamu dengan sunnahku dan sunnah para
khulafa? arrosyidiin yang mereka telah diberi
petunjuk (oleh Allah) sesudahku, berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dengan
geraham mu (bepegang dengan sekuat-kuatnya)?.
Dan beliau telah memperingatkan dari
melanggar Sunnah tersebut dengan sabdanya:
((وَإِيَّاكُمْ
وَمُحْدَثَاتِ
اْلأُمُوْرِ،
فَإِنَّ
كُلَّ
مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلَّ
بِدْعَةٍ
ضَلاَلَةٌ))
?Dan hati-hatilah kamu terhadap perkara yang baru (dalam agama), sesungguhnya setiap hal yang baru (dalam agama) adalah bid?ah, dan setiap
bid?ah itu adalah sesat?.
Dan sabda beliau
lagi:?????? فَلَيْسَ
مِنِّيْ))?????????????? ?((فَمَنْ
رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ
?Barang siapa yang enggan terhadap Sunnaku,
maka ia tidak termasuk dari (golongan) ku?.
Hal ini berbeda dengan orang selain mereka
(ahlus Sunnah) dari orang-orang yang mengikuti hawa (kabatilan) dan para pelaku
bid?ah, yaitu orang-orang yang menempuh jalan-jalan selain jalan yang ditempuh
Rasulullah r
dan para sahabatnya, Aqidah Ahlus Sunnah ada semenjak zaman diutusnya
Rasulullah r,
adapun pengikut hawa (kebatilan) Aqidah mereka lahir? setelah berlalu zaman Rasulullah r,
diantaranya ada yang lahir dai akhir-akhir masa sahabat, dan diantaranya lagi
ada yang lahir setelah itu, Rasulullah r
telah mengkabarkan bahwa barang siapa yang hidup diantara sahabanya, akan
menemui perpecahan dan pertikaian ini, maka Rasulullah r
bersabda:
((وَإِنَّهُ
مَنْ يَعِشْ
مِنْكُمْ
فَسَيَرَى
اخْتِلاَفاً
كثيراً)).
?Sesungguhnya
barangsiapa yang hidup diantara kalian akan menyaksikan perpecahan yang
banyak?.
Kemudian beliau memberikan tuntunan (kepada
mereka) supaya mengikuti jalan yang lurus, yaitu mengikuti Sunnah beliau dan
Sunnah para sahabatnya para khalufa? arrosyidiin, dan memperingatkan dari
mengikuti perkara-perkara yang baru (dalam agama) dan beliau beritahukan bahwasanya
hal tersebut adalah sesat, dan (suatu yang) tidak masuk akal dan tidak bisa
diterima bahwa kebenaran dan petunjuk ditutup terhadap para sahabat -y-,
dan disimpan untuk manusia yang datang setelah mereka, sesungguhnya seluruh
macam bid?ah dan perbuatan baru (dalam agama) tersebut adalah jelek (buruk),
jikalau seandainya ada kebaikan sedikitpun di dalamnya tentulah para sahabat
orang yang pertama sekali melakukannya, akan tetapi adanya kejelekan yang
menimpa kebanyakan dari orang-orang yang datang setelah mereka, yaitu
orang-orang yang berpaling dari apa yang menjadi pegangan bagi para sahabat -y-.
Sesungguhnya Imam Malik ?رحمه الله- telah berkata:
? (لَنْ
يُصْلِحَ
آخِرُ هَذِهِ
اْلأُمَّةِ
إلاَّ بِمَا
صَلُحَ بِهِ
أَوَّلُهَا).
?Sekali-kali tidak akan pernah baik (generasi) akhir umat ini, kecuali
denga apa yang telah baik dengannya (generasi) awalnya?.
Karena
hal itulah Ahlus Sunnah, mereka berintisab kepada Sunnah, dan selain mereka
berintisab kepada berpagai kepercayaan mereka yang
batil, seperti; Jabariyah, Al Qodariyah, Al Murjiah dan Al Imamiyah
Al Itsna ?asyriyah.
Atau mereka (para pelaku bid?ah berintisab) kepada
figur-figur tertentu, seperti; al Jahmiyah, Az Zaidiyah, Asy ?Ariyah dan Al
Ibadhiyah.
Dan
tidak bisa dikatan bahwa termasuk juga kedalam bentuk ini??? (Al Wahabiyah)? yang dinisbahkah kepada Syeikh Muhammad bin
Abdulwahab ?رحمه
الله-, karena sesungguhnya Ahlus Sunnah
pada masa beliau dan begitu juga sesudahnya tidak pernah menisbakan diri mereka
kepada nama ini.
Karena sesungguhnya Syeikh Muhammad -
رحمه الله- tidak datang dengan sesuatu yang baru,
sehingga bisa dinisbahkan kepadanya, tetapi sesungguhnya beliau mengikuti apa
yang menjadi pegangan para salafus sholeh, dan menegakkan Sunnah serta
menyebarkannya dan berda?wah kepadanya.
Sesungguhnya
yang memberikan gelar ini adalah orang-orang yang dengki terhadap da?wah syeikh Muhaammad bin Abdulwahab - رحمه الله-, yang bersifat
memperbaiki (berbagai kekeliruan dalam memahami tauhid), tujuan mereka tersebut
adalah untuk membingungkan manusia dan memalingkan mereka dari mengikuti
kebenaran dan petunjuk (yang lurus), dan supaya mereka tersebut tetap setia terhadap
apa yang mereka lakukan dari berbagai macam bid?ah yang bertentangan dengan apa
yang menjadi pegangan Ahlus Sunnah wal Jama?ah.
Imam Asy Syathibiy berkata dalam kitabnya ?Al
I?tishom? (1/79) : ?Abdurrahman bin Mahdiy telah berkata: Imam Malik bin Anas
ditanya tetang apa itu Sunnah ?, ia menjawab: Sunnah Adalah yang tidak ada nama
baginya selain As Sunnah, lalu ia membaca firman Allah:
{وَأَنَّ
هَـذَا
صِرَاطِي
مُسْتَقِيمًا
فَاتَّبِعُوهُ
وَلاَ
تَتَّبِعُواْ
السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ
بِكُمْ عَن
سَبِيلِه}.
?Dan sesungguhnya
inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah oleh kalian, dan jangan kalian ikuti
jalan-jalan (selainnya), sehingga jalan-jalan itu memencarkan kalian dari
jalan-Nya (jalan yang lurus)?.
Imam Ibnul Qoyyim berkata dalam kitabnya ?Madarijus
Saalikiin?? (3/179): ?Sesungguhnya
sebahagian ulama telah ditanya tentang apa itu Sunnah?, ia menjawab: sesuatu yang tidak ada nama baginya selain As
Sunnah, yakni: bahwa Ahlus Sunnah tiada bagi mereka nama yang mereka
berintisab kepadanya selainnya (yaitu As Sunnah)?.
Dalam
kitab ?Al Intiqoo? ? karangan Ibnu ?Abdilbarr (hal: 35): Bahwa seseorang
bertanya kepada Imam Malik: siapakah Ahlu Sunnah?, ia menjawab: ?Ahlus Sunnah
adalah orang-orang yang tiada bagi mereka panggilan yang mereka dikenal
dengannya ; tidak Jahmiy, tidak Qodariy? dan tidak pula Rofidhiy ?.
Dan
tidak diragukan lagi bahwa yang wajib terhadap Ahlus Sunnah dalam setiap zaman
dan tempat adalah saling berlemah-lembut dan berkasih sayang diantara sesama
mereka, dan saling tolong-menolong dalam berbuat kebaikan dan dalam ketaqwaan.
Dan
sesuatu yang amat menyedihkan pada masa ini adalah apa yang terjadi dikalangan
sebahagian Ahlus Sunnah dari kesepian
dan perpecahan, yang mengakibatkan sebahagian mereka sibuk dengan mencela, mentahzir? (peringatan untuk menjauhi) dan menghajar
(mengucilkan) terhadap bahagian yang lainnya, yang semestinya segala usaha
mereka tersebut dihadapkan kepada selain mereka dari orang-orang kafir dan para
pelaku bid?ah yang senantiasa memusuhi Ahlus sunnah, dan menjalin persatuan dan
kasih sayang diantara sesama mereka, serta saling mengingatkan antara sebagaian
mereka terhadap bagian yang lainnya dengan cara halus dan lemah-lembut.
(Setelah
melihat penomena tersebut diatas) aku berpendapat (betapa perlunya) menulis
beberapa kalimat sebagai nasehat untuk mereka tersebut, dalam keadaan memohon
kepada Allah bahwa Allah memberikan manfaat dengan beberapa kalimat ini, tiada
yang aku inginkan kecuali memperbaiki apa yang aku sanggupi, dan tiada yang
dapat memberiku taufiq (pertolongan) kecuali Allah, kepada Allah aku
bertawakkal, dan kepada-Nya pula aku kembali, aku beri judul nasehat ini:
?Rifqon Ahlas Sunnah Bi Ahlis Sunnah? (Berlemah lembut terhadap sesama Ahlus
Sunnah).
Aku
meminta kepada Allah pertolongan dan tuntunan untuk seluruh (umat Islam), dan
memperbaiki hubungan antara sesama mereka, serta mempersatukan hati-hati
mereka, dan menunjuki mereka kepada jalan-jalan yang selamat serta mengeluarkan
mereka dari berbagai kegelapan kepada cahaya (keimanan) sesunggunya Allah maha
mendengar lagi maha memperkenankan.
***
الحمد لله
الذي ألف بين
قلوب
المؤمنين،
ورغبهم في
الاجتماع
والائتلاف،
وحذرهم من
التفرق
والاختلاف،
وأشهد أن لا
إله إلا الله
وحده لا شريك
له، خلق فقدر،
وشرع فيسر،
وكان بالمؤمنين
رحيماً،
وأشهد أن
محمداً عبده
ورسوله، الذي
أمر بالتيسير
والتبشير،
فقال: " يسروا
لا تعسروا،
وبشروا ولا
تنفروا "،
اللهم صلى وسلم
وبارك عليه،
وعلى آله
المطهرين،
وأصحابه
الذين وصفهم
الله بأنهم
أشداء على
الكفار رُحماء
بينهم، وعلى
من تبعهم
بإحسان إلى
يوم الدين،
اللهم اهدني
واهد لي واهد
بي، اللهم طهر
من الغل
جناني، وسدد
لإصابة الحق
لساني، اللهم
إني أعوذ بك
أن أضل أو
أُضل، أو أزِل
أو أزَل، أو
أظلم أو
أُظلم، أو
أجهل أو يُجهل
علي.
أما بعد:
فأهل السنة
والجماعة هم
المتبعون
لِما كان عليه
رسول الله صلى
الله عليه
وسلم
وأصحابه، ونسبتهم
إلى سنة
الرسول صلى
الله عليه
وسلم التي حث
على التمسك
بها بقوله: "
فعليكم بسنتي
وسنة الخلفاء
الراشدين
المهديين من
بعدي، تمسكوا
بها وعضوا
عليه
بالنواجذ "،
وحذر من
مخالفتها
بقوله: "
وإياكم
ومحدثات الأمور،
فإن كل محدثة
بدعة وكل بدعة
ضلالة "، وقوله:
" من رغب عن
سنتي فليس مني
"، وهذا بخلاف غيرهم
من أهل
الأهواء
والبدع،
الذين سلكوا مسالك
لم يكن عليها
الرسول صلى
الله عليه
وسلم وأصحابه،
فأهل السنة
ظهرت عقيدتهم
بظهور بعثته
صلى الله عليه
وسلم، وأهل
الأهواء ولدت
عقائدهم بعد
زمنه صلى الله
عليه وسلم، ومنها
ما كان في آخر
عهد الصحابة،
ومنها ما كان بعد
ذلك، والرسول
صلى الله عليه
وسلم أخبر أن من
عاش من أصحابه
سيُدرك هذا
التفرق
والاختلاف،
فقال: " وإنه
من يعش منكم
فسيرى اختلافاً
كثيراً "، ثم
أرشد إلى سلوك
الصراط المستقيم،
وهو اتباع
سنته وسنة
خلفائه
الراشدين، وحذر
من محدثات
الأمور،
وأخبر أنها
ضلال، وليس من
المعقول ولا
المقبول أن
يُحجب حقٌ
وهدى عن
الصحابة رضي
الله عنهم
ويُدخر لأناس
يجيئون
بعدهم؛ فإن
تلك البدع
المحدثة كلها
شر، ولو كان
في شيء منها
خير لسبق إليه
الصحابة، لكنها
شرٌ ابُتلي به
كثير ممن جاء
بعدهم ممن
انحرفوا عما
كان عليه
الصحابة رضي
الله عنهم،
وقد قال
الإمام مالك
رحمه الله: "
لن يصلح آخر
هذه الأمة إلا
بما صلح به
أولها "، ولذا
فإن أهل السنة
ينتسبون إلى
السنة, وغيرهم
ينتسبون إلى
نحلهم
الباطلة
كالجبرية
والقدرية والمرجئة
والإمامية
الإثنى
عشرية، أو إلى
أسماء أشخاص
معينين،
كالجهمية
والزيدية
والأشعرية
والإباضية،
ولا يقال إن
من هذا القبيل
(الوهابية)،
نسبة إلى
الشيخ محمد بن
عبد الوهاب
رحمه الله،
فإن أهل السنة
في زمن الشيخ
محمد ? رحمه
الله- وبعده
لا ينتسبون
هذه النسبة؛
لأنه ? رحمه
الله ? لم يأت
بشيء جديد
فيُنسب إليه،
بل هو متبعٌ لما
كان عليه
السلف
الصالح،
ومظهرٌ للسنة
وناشرٌ لها
وداع إليها،
وإنما يُطلق
هذه النسبة الحاقدون
على دعوة
الشيخ محمد بن
عبد الوهاب ?
رحمه الله ?
الإصلاحية للتشويش
على الناس،
وصرفهم عن
اتباع الحق
والهدى، وأن
يبقوا على ما
هم عليه من
البدع المحدثة
المخالفة لما
كان عليه أهل
السنة
والجماعة.
قال الإمام
الشاطبي في
الاعتصام [1/79]:
" وقال عبد
الرحمن بن
مهدي: قد سئل
مالك بن أنس عن
السنة؟ قال:
هي ما لا اسم
له غيره السنة،
وتلا: (( وأن هذا
صراطي
مستقيماً
فاتبعوه ولا تتبعوا
السبل فتفرق
بكم عن سبيله ))
".
وقال ابن
القيم في
مدارج
السالكين [3/179]:
" وقد سئل بعض
الأئمة عن
السنة؟ قال:
ما لا اسم له
سوى السنة.
يعني أن أهل
السنة ليس لهم
اسم يُنسبون
إليه سواها ".
وفي كتاب
الانتفاء لابن
عبد البر (ص:35): أن
رجلاً سأل
مالكاً فقال:
من أهل السنة؟
قال: " أهل
السنة الذين
ليس لهم لقبٌ
يُعرفون به؛
لا جهمي ولا
قدري ولا
رافضي ".
ولا شك أن
الواجب على
أهل السنة في
كل زمان ومكان
التآلف
والتراحم
فيما بينهم،
والتعاون على
البر والتقوى.
وإن مما يؤسف
له في هذا
الزمان ما حصل
من بعض أهل
السنة من وحشة
واختلاف، مما
ترتب عليه
انشغال بعضهم
ببعض تجريحاً
وتحذيراً
وهجراً، وكان
الواجب أن
تكون جهودهم
جميعاً موجهة
إلى غيرهم من
الكفار وأهل
البدع
المناوئين
لأهل السنة،
وأن يكونوا
فيما بينهم
متآلفين
متراحمين،
يذكر بعضهم
بعضاً برفق
ولين.
وقد رأيت
كتابة كلمات؛
نصيحة لهؤلاء
جميعاً سائلاً
الله عز وجل
أن ينفع بهذه
الكلمات، إن أريد
إلا الإصلاح
ما استطعت،
وما توفيقي
إلا بالله
عليه توكلت
وإليه أنيب،
وقد سميت هذه
النصيحة " رفقاً
أهل السنة
بأهل السنة ".
وأسأل الله
للجميع
التوفيق
والسداد، وأن
يصلح ذات
بينهم وأن
يؤلف بين قلوبهم
وأن يهديهم
سُبل السلام
ويخرجهم من
الظلمات إلى
النور، إن
سميع مجيب.
***