Situs ini bertujuan memasyarakatkan budaya Indonesia kepada seluruh anak-kemenakan di manapun berada.
Ringkasan pemahaman budaya tersebut ialah:
Secara alamiah dengan bahasa isyarat tubuh:
Orang akan mendekapkan telapak tangannya ke dada saat memunculkan perasaannya; dan manusia menempelkan ujung jari tangannya ke kepala/otak ketika memeriksa permasalahan/berfikir.
Hal ini menunjukkan lokasi-tempat penerimaan petunjuk (hidayah Allah) yang hanya khusus untuk manusia, yaitu di dada/hati dan di kepala/otak.
Situs (website) ini mengemban amanat:
Warisan diterima, lembaga diisi.
Dengan kata lain akan menjelaskan kepada anak-kemenakan, hal-hal yang berhubungan dengan bahasa isyarat tubuh tsb. serta kaitannya dengan fungsi otak kanan dan kiri.
Otak kanan dan kiri mengelola daya merasa (kualitatif setelah perasaan dibawa naik ke otak) serta daya memeriksa (kuantitatif dengan nilai objektif).
Berkat dua macam daya inilah manusia mampu mengatasi berbagai tantangan alam.
Milenium kedua diakhiri dengan berkembangnya tehnologi digital, yang mengubah konsep nilai materi dari atom menjadi bit (Negroponte, 1995).
Bit atau binary digital adalah informasi tentang nilai materi dalam bentuk kode 0 dan 1, dapat dijadikan analogi untuk menerangkan tubuh manusia yang terdiri dari badan kasar dan badan halus.
Badan halus diibaratkan dgn lambang 0, dan badan kasar dgn lambang 1.
Dengan teori atom, kita tidak mungkin dapat menjelaskan keberadaan badan halus; atom hanya berada pada benda kasat mata yang dapat diperiksa saja. Perasaan atau rasa tak mungkin diekspresikan dengan nilai jumlah atom
Badan kasar dengan pancaindera yg dimilikinya, mampu melakukan pemeriksaan serta merasakan sesuatu/perubahan secara terukur pasti.
Angka 1, apabila dikalikan atau dibagi dengan bilangan lain, maka dapat
diketahui hasilnya.
Parameter hasil-hasil pemeriksaan ialah angka-angka jumlah, volume, lebar dst; sedangkan parameter untuk merasakan gelap, bising, dingin, panas, dst. adalah hertz, angstrom, desibel, derajad, dst.
Ibarat angka 1, itulah keadaan badan kasar manusia.
Badan halus karena gaib, maka tidak ada kesepakatan manusia untuk menyamakan sifat, ukuran, dan istilahnya.
Bermacam-macam sebutan dipakai untuk mengatakannya seperti roh, ruhani, jiwa, hati, nurani, nafsu, eteris, prana, chi dsb.
Kecuali dengan foto Kirlian dan pengakuan orang-orang tertentu yang mampu melihat sebagian sinar badan halus ini, maka sedikit sekali pengetahuan manusia tentang hal ini.
Karena tidak memiliki pancaindera secara langsung, maka badan halus tak bisa melaksanakan pemeriksaan.
Badan halus hanya mampu merasa, dan kemampuan ini disebut sebagai perasan batin, hati-nurani.
Lambang 0, apabila dibagi dan dikalikan dengan bilangan lainnya, hasilnya tetap 0 atau tiada ada samasekali.
Sebaliknya suatu bilangan apabila dibagi dengan 0, akan menghasilkan nilai tiada terhingga.
Demikianlah ibarat lambang 0, maka nilai rasa hati nurani atau batin seseorang, terentang diantara tidak ada sama-sekali sampai dengan tiada terhingga.
Untuk mengekpresikan rasa yang dimiliki badan halus, maka rasa batin ini harus disatukan (digabung) dengan kemampuan merasa objektif yang berada di badan kasar, sehingga orang sering mendekapkan tangannya di dada sendiri guna menunjukkan perasaannya.
Hal inilah sesungguhnya yang disebut sebagai rasa atau perasaan seseorang.
Karena letak ekspresi perasaan seseorang berada di tengah-tengah tubuh, maka
bawalah rasa tersebut naik ke arah bagian atas tubuh, yaitu ke otak kanan.
Jangan didiamkan saja di dada (menjadi paham kebatinan), apalagi langsung dibawa ke arah bagian bawah tubuh yang secara rutin kotor (tempat nafsu birahi).
Padahal disinilah causa prima penyebab terjadi dan kemunculan pertama kali badan kasar.
Pada saat manusia berniat memeriksa (berfikir, menilai, menghitung, meneliti) tentang alam terkembang, harus dimulai dari otak kiri lalu diturunkan ke pancaindera sehingga hasilnya objektif kuantitatif.
Nenek moyang kita mewariskan sikap ini di dalam adagium:
Rasa dibawa naik, periksa dibawa turun (ke/dari otak). Pemahaman terhadap yang serba nan Dua inilah, yang merupakan adat sebenarnya adat di dunia, yang perlu dipahami, agar kekacauan perilaku sebahagian masyarakat yang terjadi saat ini dapat segera diatasi.
IBARAT FUNGSI LAMPU PENERANG
PILIHLAH OTAK SEBAGAI PELITA
JADILAH ORANG SEBENARNYA ORANG
PAKAILAH RASA, GUNAKAN PERIKSA
Dari hasil merasa dan memeriksa, manusia menyusun empat kelompok ilmu-ilmu pengetahuan untuk membangun peradaban (civilization).
Kesimpulan dari perasaan orang saat berkomunikasi dengan orang-orang lainnya disebut sebagai ilmu budaya-sosial*; sedangkan alat untuk melaksanakan komunikasi tersebut dikatakan sebagai ilmu bahasa
Kesimpulan yang didapat manusia ketika memeriksa benda bernyawa disebut sebagai ilmu biologi, sedangkan kesimpulan manusia hasil memeriksa benda tak bernyawa disebut sebagai ilmu fisika.
Seharusnya setiap orang mengetahui dasar-dasar pokok empat macam ilmu ini dan dapat mengembangkannya secara proporsional atau spesialisasi pada diri pribadi maupun dalam masyarakat, sehingga menjadi adat yang teradat dipakai sehari-hari.
Keadaan inilah yang disebut sebagai orang yang Tahu pada nan Empat.
Secara matematis dapat dibuktikan, bilangan 4 merupakan angka yang paling efisien dan efektif dibandingkan dengan bilangan lainnya untuk menetapkan suatu sistem klasifikasi atau sistematika yang dibuat manusia.
Ilmu syarak/syariat serta ilmu berhitung dengan angka/arithmatika/matematika, akan memberi nilai-nilai subjektif dan objektif pada ilmu nan Empat, sehingga menjadi sendi atau landasannya.
Hal ini sesuai dengan adagium:
Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah atau syarak yang berkata, adat nan dipakai atau syarak yang telanjang, adat nan bersisamping.
TERASA SESUATU ADA YANG HILANG
KETIKA ORANG LUPA ADAT
TIADA HIDUP YANG LEBIH MALANG
SAAT DIKATAKAN TAK TAHU NAN EMPAT
* Padanannya adalah ilmu “budaya-tehnologi” (ilmu-ilmu yang bersumber dari ranah periksa).
Apabila anda mempunyai tanggapan terhadap materi web ini, silahkan hubungi kami.
Bila anda mendukung materi web ini, mohon diinformasikan kepada anak kemenakan yang lain.
Terima kasih.