KEGIATAN

  Ekpedisi, Eksplorasi dan Survey  ( EES ).

  Penelitian dan Pengembangan ( LITBANG ).

  Bakti Sosial ( BAKSOS ).

  Forum dan Kegiatan Ilmiah ( FKI ).

  Bakti Masyarakat ( BM ).

  Lomba ( L ).

  Usaha ( U ).

  Lain-lain ( LL).

Ekspedisi

  Ekspedisi Maros (1989).

  Ekspedisi Gombong (1993).

  Ekspedisi Purwodadi (1995).

Ekspedisi Maros (1989).

Hasil dari temuan data lapangan dari Ekspedisi ini adalah sebagai berikut : 
Kebuadayaan Sulawesi Selatan sangatlah menarik dan beraneka ragam, kebuadayaan purba masih lestari sampai sekarang, ini ditandai dengan penemuan ertefak berupaalat alat pertanian purbaserta situs-situs purbakala. Garis Wallace yang melintas di Sulawesi Selatan memberikan petunjuk perbedaan jenis binatang. Binatang langka seperti Anoa (Chynophytecus), sejenis monyet yang hampir sama dengan babon Afrika, burung Maleo dan lain-lainnya merupakan daya tarik tersendi.
Keadaan alam karst mempunyai ciri khas khusu, banyak membentuk lorong-lorong bawah tanah yang berupa gua horizontal maupun gua vertikal dengan bentuk spesifik.
Bentukan spesifik dari gua-gua daerah Maros ditinjau dari segi geologi antara lain :

Adanya Intrusi basalt atau gabro yang terbentuk sill yang mengakibatkansulitnya air sebagai media pelarutan gamping yang paling aktif berkembang karenaterbentur batuan beku yang sangat resisten.

Tidak berkembangnya karst topografi yang normal (doline, uvala, polje) hal ini dapat dilihatbahwa tinggian maupun rendahan didaerah ekspedisi adalah merupakan mega lapies dengan pelarutan aktif diantaranya.

Kondisi litologi daerah ekspedisi pada umumnya napal gampingan (hasil analisa kalsimetri) yang cenderung meloloskan dari pada  meresap air.

Beberapa gua daerah Maros cukup menarik dan berpotensi  sebagai tempat pariwisata antara lain :

  1. Gua Mimpi
  2. Gua Hamidi
  3. Gua Samani, Gua Kharisma
  4. Gua Pangea
  5. Gua Saripa dan
  6. Gua Tapak

Gua-gua umumnya horizontal disiebabkan oleh oleh rendahnya permukaan air tanah, hingga hampir jarang mengakibatkan "collase" (runtunya dinding gua). Yang menyebabkan terjadi sumuran (Luweng) walaupun dibeberapa tempat terdapat gua vertikal yang disiebabkan oleh runtuhnya Columnar Joint (kekar tiang pada batuan beku).
Ornamen yang kurang berkembang disiebabkan oleh sifat litologi yang impermeable (napal gampingan) dengan kekar-kekaryang kurang aktif sehingga proses pelarutan kurang berkembang, kecuali beberapa tempat terdapat columnar join sebagai air masuk (meresap) akan membentuk ornamen.
Dengan ditemukannya artefak di gua awal, maupun bekas-bekas kehidupan berupa tapak tangan di gua tapak, daerah tersebut merupakan daerah lembah terddapat sungai purba yang merupan tempat tinggal manusi purba. Sangat disayangkan pelacakan sungai-sungai purba untuk mendapatkan lagi gua-gua hunian mengalami banyak banyak hambatan dikarenakan data-data lapangan yang diperlukan sangan sulit ditemukan disebabkan tertuitup soil yang sangat rapat.

Anggota Tim Ekspedisi Maros 1989

Team Ekspedisi

Didi Hadi Wismu Hartanto

Prasetyo Hardi Waluyo

M Hari Aristyanto

Suharyadi

Yudi Nurcahyono

  1.  mu Hartanto.utut Prasetyo Hadi.

  2. M. Hari Kristianto.

  3. Suharyadi.

  4. Yudi Nurcahyo.

Team pendukung

  1. Baryandoko fediwiranto.

  2. Arianto Prabowo

  3. Yoni Setiabrata.

  4. Dwi Dharmawan.

  5. Hari Primadi.

  6. Tanjung Satrio.

  7. Bambang Sucipto.

  8. Maheni Sukma Hayati.

  9. G. Nugraha Anindita

  10.  

  Ekspedisi Gombong (1993)

Eksplorasi

Kegiatan ini adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh Acintyacunyata Speleological Club.Tujuan dari kegiatan rutin ini adalah untuk menambah jam terbang para anggotanya, mengumpulkan data base gua-gua di Indonesia (khususnya Yogyakarta), serta pelacakan sungai bawah tanah.


Grubug.jpg (41218 bytes)

Bakti Sosial ( BAKSOS )

Forum dan Kegiatan Ilmiah ( FKI )

Bakti Masyarakat ( BM ).




Tahun

Tempat

Kegiatan

1984, 1986, 1992.

Pacitan, Jawa Timur.

Australia, dan HIKESPI, Sejak berdiri hingga sekarang ASC telah melakukan berbagai kegiatan:Anglo-Australian Speleological Expedition, anggota tim ekspedisi gabungan bersama tim Inggris, Australia, dan 
  (Semarang). Konservasi Gua, berupa pembersihan dan pemasangan papan himbauan konservasi telah dilakukan di Gua Careme (Kec. Imogiri, Bantul), Gua Seplawan (Purworejo), Gua Kreo
     
     
     
     
     
     
     

Kegiatan Asc Dari Waktu kewaktu

  

Ekspedisi Sumba, ekspedisi gabungan dengan tim Perancis, Pulau Sumba, 1985.

Eksplorasi gua-gua di Blora, Jawa Tengah, 1985.

Survey Dan Pemetaan Gua-gua Kawasan Nusa Kambangan, anggota tim Bapedal Pusat, dalam rangka Studi AMDAL, 1986.

Kursus Lapangan Cave Rescue, instruktur pakar speleologi dari  Verbond Vlamse de Spelelogen (VVS, Belgia), Gunung Sewu, 1987.

Evakuasi mayat di Gua Songothel, bersama SARDA DIY, Kecamatan Paliyan, Gunung Kidul, 1987.

Evakuasi mayat di kawah Jolotundo, dataran tinggi Dieng, 1985 dan Mei 1988.

Pembuatan film pertolongan kecelakaan gua, bekerja sama dengan KSR PMI Yogyakarta, Gunung Kidul, 1987.

Pendataan gua-gua volkanik Gunung Slamet, bekerja sama dengan Perum Perhutani di daerah Baturaden dan sekitarnya, 1988.

Instruktur vertical rescue HIKESPI (Himpunan Kegiatan Speleologi Indonesia), pada Latihan Gabungan ABRI. KOPASSUS, MARINIR, KOSTRAD, Citatah, Bogor, 1988.

Shooting untuk TVRI acara Celah-celah Perguruan Tinggi, bersama PPLH (Pusat Penelitian Lingkungan Hidup) UGM, Gunung Kidul dan Bantul, 1988, 1991.

Demonstrasi teknik vertical rescue, Seminar Mahasiswa Kedokteran se Indonesia, MAPADOKS UNISULA, Semarang, 1989, 1994.

Ekspedisi Maros ’89, Pelacakan dan pemetaan gua, Sulawesi elatan, 1989.

1