Sangat sedikit sekali catatan sejarah yang bisa ditemukan menyangkut diri serta kepribadian SM Kartosuwiryo. Sebagai langkah awal mengenal kepribadian beliau, sebuah analisa psikologis yang dilakukan oleh Kaskodam VI/ Siliwangi terhadap diri beliau sewaktu berada dalam tahanan, kiranya dapat bermanfaat.

Analisis ini dimaksudkan untuk mengenal kepribadian serta tingkat kecerdasan tokoh sejarah ini. Tes dilakukan ketika SM Kartosuwiryo berumur 59 tahun, di kamar tahanannya setelah tertangkap pada tanggal 4 Juni 1962. Hasil evaluasi didasarkan pada penilian grafologis, dari tulisan tangan buku harian dari tahun 1960. Juga, melalui observasi dan analisa pembicaraan sewaktu diadakan interogasi oleh AS-1 KASKODAM VI/ Siliwangi, 27 Juni 1962. Dan observasi sewaktu diadakan interview oleh PA ROKDAM VI/ Siliwangi, 18 Juli 1962.

Menurut observasi tersebut, "Kecerdasan SM Kartosuwiryo, berdasarkan hasil evaluasi psychologi adalah bertarap tinggi. Mutunya tidak bertitik berat pada kemampuan akademis semata-mata, melainkan juga pada penggunaan fungsi-fungsi intelektual yang ada padanya. Mengingat pada umurnya yang sudah agak lanjut, fungsi intelektual ini masih tampak baik. Bahkan daya ingat, yang pada tarap umur ini biasanya sudah mulai berkurang, hanya memperlihatkan kemunduran sedikit. Di dalam struktur kecerdasannya terdapat keseimbangan antara kemampuan yang bersifar teoritis dan yang praktis.

Faktor kedua yang menarik perhatian di dalam struktur intelegensianya ialah, bahwa kemampuan intuisi/ intuitievermogen juga besar. Terutama dibidang inter human relation. Jadi dalam menghadapi manusia lain sebagai individu maupun sebagai suatu kelompok ia secara intuitif dapat mengambil langkah-langkah yang paling sesuai dijalankan untuk mencapai maksudnya. Faktor ini dapat memperkuat kedudukannya sebagai pimpinan. Intuisi yang kuat ini juga menyebabkan, interest terhadap mistik dan metaphysik ada. Akan tetapi dilain pihak, rationalitasnya demikian besar sehingga daya kritik yang obyektif tetap terpelihara.

Segi lain dari pada struktur intelegensianya yang pantas disebut adalah, jalan pikirannya yang sangat kausal. Kausalitasnya bertitik tolak pada prinsip-prinsipnya, sehingga pembahasan segala persoalan dilakukannya menurut garis-garis tertentu yang tidak dapat dirubah lagi. Dengan demikian, suatu problem tertentu, bagi dia, mempunyai suatu cara pemecahan yang tertentu pula. Tindakan-tindakannya yang konsekuen dapat dipandang dari sudut ini. Fantasinya adalah konkret dan disesuaikan dengan keadaan realita. Itu sebabnya ia dapat menunjukkan akal dan siasat yang tepat untuk mengatasi problema-problema yang nyata. Ia adalah seorang intelektual yang sangat produktif.

Sebagaimana manusia umumnya, SM Kartosuwiryo juga memiliki emosi. Tetapi karena kuatnya kontrol rasional terhadap pergolakan emosinya, menyebabkan ia tidak mudah terangsang oleh kejadian-kejadian sekitarnya. Secara pisik ia dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dimana ia berada. Berkat intelegensianya yang penuh dengan perhitungan dan pertimbangan yang konkrit, maka ia mampu menghadapi dan menerima situasi aktual secara obyektif, tanpa mengalami perasaan-perasaan depressif.

Menurut analisis Kapten Drs. Suyono HW, struktur pribadi SM Kartosuwiryo menggam-barkan adanya dorongan-dorongan jasmaniah yang besar, dorongan mana berada di bawah dominasi intelektual secara keras. Maka dari itu, cara hidup dan cara mengatur lingkungannya, adalah hygienis. Energi vital yang berakar di dalam bidang dorongan ini menyebabkan ia tidak dapat tinggal diam, melainkan memerlukan penyaluran melalui kegiatan-kegiatan yang produktif. Arus daripada penyaluran energi ini adalah keras dan terpusat. Hal ini dapat dilihat dari usaha-usaha yang dijalankan dengan intensif, agresif dan terpusatkan pada inti persoalan.

Pragnosa mengenai sikapnya dapat pula dievaluasi. Pada waktu itu, SM Kartosuwiryo telah dapat mengatasi proses penyesuaian diri secara rasional dengan situasinya yang baru sebagai tahanan. Berkat intuisi dan daya analisanya yang tajam, maka ia makin hari makin tambah kewaspadaan. Ia sudah dan akan dapat membuat estimate (perkiraan) yang tepat mengenai maksud dan tujuan sebenarnya dari orang-orang yang datang untuk menga-dakan interogasi, interview, wawancara dan sebagainya. Sehingga akan dapat menyesuaikan sikapnya sedemikian rupa, yang praktis menguntungkan bagi dirinya."

Hasil evaluasi psychologi seperti yang sudah dikutip di atas terhadap pribadi SM Kartosuwiryo menunjukkan, bahwa motivasi dan kesadaran spiritual yang menjadi dasar harakah Darul Islam, berpengaruh nyata terhadap kehidupan individu muslim. Memang kesadaran demikian akan bereaksi dalam jiwa seseorang yang menghendaki agar setiap individu memiliki intuisi yang peka, yang dengan itu dapat membedakan "yang ini benar dan yang itu salah", serta dapat merasakan yang indah dan yang buruk.

Bukankah Islam mengajarkan cara paling utama untuk menghubungkan hati seorang muslim dengan khaliqnya, yaitu dengan mujahadah, mendidik intuisi yang peka dan perasaan halus. Pemikiran Islami dapat meningkatkan dan mendorong kepada penemuan baru yang dapat mengetahui alam dan mengetahui rahasianya. Karena itu manusia muslim diwajibkan agar senantiasa menjaga ibadah dan mengikuti perintah Allah guna meningkatkan intuisi, mempelajari apa-apa yang dapat memperluas wawasan pengetahuan, agar pengamatannya semakin luas, tajam serta menjangkau ke depan.

Dapat pula ditambahkan disini. Berdasarkan pengakuan pembantu-pembantu dekatnya, di antara ciri kepribadian Imam SM Kartosuwiryo yang paling me-nonjol, adalah beliau menyukai hidup sederhana, baik dalam hal makanan maupun pakaian. Postur tubuhnya sedang, rambutnya ikal dan bicaranya pelan tapi jelas. Tidak banyak bicara. Apabila berjalan menundukkan kepala, tenang tanpa gaya. Manakala berada di tengah-tengah prajuritnya, beliau jarang dikenal karena tak pernah menonjolkan diri hanya karena jabatannya lebih tinggi.

Dalam salah satu wawancara penulis dengan seorang tokoh penting jama'ah Darul Islam, Ules Sudja'i, beliau menggambarkan kepribadian SM Kartosuwiryo dan berkata: "Bapak --panggilan beliau untuk SM Kartosuwiryo-- adalah seorang yang sangat konsekuen dengan keyakinannya. Musyawarah merupakan tabi'atnya. Belum pernah beliau mengambil keputusan apapun, tanpa bermusyawarah dengan para pembantunya. Selama mengikuti beliau, saya menyaksikan ketekunan beliau dalam beribadah kepada Allah. Membaca Al-Qur'an secara teratur, shalat tahajjud, istikharah serta puasa sunnah. Kebiasaan lainnya, beliau senang berolah raga sehingga fisiknya termasuk yang paling perkasa dan sangat kuat. Sedangkan sesuatu yang paling dia benci, apabila putusan musyawarah dilanggar atau tidak dilaksanakan."

Kyai Yusuf Taujiri, salah seorang mentor pada Institut Shuffah dan pernah bergaul selama 20 tahun dengan SM Kartosuwiryo, memberikan penilaiannya sebagai berikut: "SM Kartosuwiryo adalah seorang yang mempunyai dasar--dasar jiwa pemimpin dan berkemauan keras."

Demikianlah serba sedikit yang dapat diungkapkan tentang masa kecil, pola hidup serta kepribadian Imam Negara Islam Indonesia itu, yang tentu saja masih perlu penelitian lebih cermat guna mendapatkari data serta informasi obyektif dan valid. 1