b_atas.jpg (47700 bytes)
Islam is rahmatan lil aalamiin

Jihad sabiluna wa al mautu fii sabiilillaah asma' amanina

   

Republika Online
Edisi 18 Feb 2000

Mutlak Dibuka Isolasi Muslim Galela

Sekalipun baru seminggu meninggalkan Maluku Utara, tapi hati dan perasaan dr Joserizal Jurnalis masih melekat di kawasan kepulauan Indonesia bagian timur itu. ''Betapa tidak, paling sedikit sampai detik ini, di Galela terdapat 5.000 kaum Muslimin yang hidupnya benar-benar terisolasi dari dunia luar,'' kata dokter muda lulusan Universitas Indonesia (UI) itu kepada Republika hari Selasa (15/2) lalu.

Untuk itu, kata dokter kelahiran Padang 36 tahun lalu, pemerintah harus segera membuka isolasi daerah yang menjadi korban pembantaian kaum Nasrani yang menelan korban ribuan jiwa kaum Muslimin itu. ''Makanan dan obat-obatan serta logistik harus segera dikirimkan ke sana. Saya pernah menyaksikan kaum Muslimin sampai rebutan makanan akibat sulitnya bahan pangan. Bukan hanya itu saja, kebutuhan sehari-hari lainnya seperti solar dan minyak tanah sudah tidak ada sama sekali.''

Situasi menyedihkan dan mencekam itu diperkuat dengan laporan yang diterimanya dari Ternate, saat wawancara dengan Republika ini berlangsung. Melalui telepon genggamnya dr Yos, yang menjadi ketua presidium MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) diminta untuk segera mengirimkan tim kesehatan dan obatan-obatan.

Untungnya, pihak MER-C sudah mengantisipasi hal itu. Karena sejak hari itu juga, organisasi sosial kemanusiaan yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan medis ini telah mengirimkan tim medis sebanyak enam orang. Tim yang akan berada di sana selama sebulan di pimpin oleh dr Roni, dokter muda lulusan sebuah perguruan tinggi di Bandung. Ini adalah tim ke-empat yang dikirimkan MER-C ke Ambon dan daerah Maluku lainnya, sejak propinsi ini dilanda perang saudara bernuansa SARA setahun lalu. Sebelumnya, MER-C yang berasaskan Islam dan berpegang teguh pada prinsip rahmatan lil alamin juga telah mengirimkan tim serupa ke Aceh, Pulau Buru dan Sambas.

Isolasi Galela mutlak dibuka kembali, mengingat kawasan itu sudah terputus sama sekali dengan dunia luar. Untuk mencapai Galela harus ditempuh dari Kota Ternate selama 14 jam dengan kapal kecil. Sedangkan dengan kapal besar milik Angkatan Laut butuh waktu sekitar delapan jam.

''Daerah ini benar-benar terputus hubungan komunikasinya dengan dunia luar, sejak saya diwawancarai sebuah stasiun TV beberapa hari setelah terjadinya pembantaian ribuan umat Islam di sini. Saya menyatakan hal sebenarnya yang terjadi saat itu. Hingga sekarang ini saya tidak tahu yang memutuskan hubungan komunikasi ini,'' kata dr Jos.

Sejumlah tokoh Islam di Maluku khawatir terhadap nasib 5.000 warga Muslim yang masih tertinggal di Galela. Karena apa jadinya bila terjadi kembali pembantaian terhadap mereka, sementara daerah ini benar-benar terisolir. Mengingat sepanjang pantai utara Halmahera Utara, desa Muslim yang masih bertahan adalah Galela. Umat Islam punya komitmen untuk mempertahankan desa ini. Di Galela, MER-C membuka Puskesmas untuk pasien rawat jalan dan rumah sakit gawat darurat.

Di samping membuka kembali isolasi, yang juga perlu segera ditangani dalam waktu cepat adalah mengembalikan para pengungsi Muslim Galela ke kampung halamannya. Di Ternate, kata Joserizal, dewasa ini terdapat sekitar 100-120 ribu pengungsi asal Halmahera. Mereka eksodus besar-besaran ke Ternate setelah terjadi pembantaian umat Islam oleh kelompok Nasrani pada saat Natal.

Pembantaian ini terjadi pada 27 Desember 1999, setelah ultimatum pihak ''merah'' supaya orang Islam meninggalkan Galela tidak digubris.

Para pengungsi ini tidak mendapat makanan dan pakaian dari pemerintah daerah. Tapi mereka mendapatkan bantuan hidup sehari-hari dari kaum Muslimin setempat yang rela membantu saudara-saudaranya yang menderita.

Yang patut diacungkan jempol, kata Joserizal adalah Posko Keadilan yang paling aktif dan banyak memberikan bantuan kepada para pengungsi.

Penguburan massal

Selama sebulan di Maluku Utara, dalam misi kemanusiaan yang tidak mengenal waktu, Joserizal didampingi oleh empat dokter muda lainnya. Mereka adalah dr Indragiri, dr Yogi Prabowo, dr Wahyu Widodo, dan dr Herman Darmawan. Mereka bukan saja membuka Puskesmas dan RS Gawat Darurat, tapi juga melatih kader-kader kesehatan yang diambil dari penduduk setempat. Memotivasi masyarakat untuk peduli terhadap desanya dalam bidang kesehatan.

Minggu pertama berada di sana, rata-rata kami mengobati 180 orang pasien. Kemudian sekitar 60 sampai 70 pasien per hari, kata dr Wahyu Widodo, salah satu tim MER-C. Sekalipun tidak dipersiapkan dan diperkirakan ketika berangkat dari Jakarta, tim dokter muda ini terpaksa harus menolong empat orang ibu yang melahirkan. Karena tidak ada lagi perawat dan bidan. Apalagi dokter. Juga didapati bahwa di daerah-daerah Jailolo, Tidore dan Halmahera sekarang ini sudah tidak ada lagi dokter.

Mereka juga ikut melakukan penguburan massal terhadap sekitar 100 syuhada Muslim di Papulo. ''Jenazah-jenazah itu, termasuk orang tua dan anak-anak sudah membusuk, dikerumuni lalat hingga dikhawatirkan bisa menjangkitkan penyakit kolera,'' ujarnya. ''Kami juga melakukan evakuasi terhadap para korban perang.''

Yang justru tidak disangka-sangka sama sekali, kata dr Jose, ia juga menjadi saksi perkawinan antara seorang wanita pasukan jihad dengan pria pasukan jihad di Galela. ''Di sana terdapat puluhan laskar jihad wanita.''

Dr Joserizal dan sejumlah dokter MER-C lainnya melalui Republika meminta perhatian masyarakat terhadap ratusan anak yatim korban pembantaian kaum merah. Mereka ini sekarang di tampung di Ternate bersama ribuan pengungsi lainnya. Tempat penampungannya di gudang-gudang, sekolah dan masjid. Mereka memperoleh makanan ala kadar dari swadaya masyarakat setempat.

Dr Joserizal mengharapkan agar umat Islam yang diberikan kelimpahan rezeki mau menolong mereka. Seperti menjadi orang tua asuh, atau memberikan beasiswa. MER-C sendiri sudah membuat rencana untuk membantu para yatim piatu Muslim ini. Mereka yang umumnya berusia belasan tahun itu tidak tahu pasti akan masa depannya.

MER-C yang kantor pusatnya di Jl Kramat Kwitang IE No 15A Jakarta Pusat, membuka kesempatan kepada para relawan yang bersedia menjadi anggotanya. Untuk katagori M: Yaitu tenaga medis yang bersedia menjadi relawan dan siap membantu terlaksananya program-program MER-C sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Katagori E: Tenaga medis yang siap diterjunkan ke daerah operasi. Katagori R: Tenaga nonmedis yang siap menjadi relawan untuk diterjunkan ke daerah operasi. Katagori C: Tenaga nonmedis yang bersedia menjadi relawan dan siap membantu terlaksananya program-program MER-C tanpa harus diterjunkan.

MER-C juga mengetuk pintu hati mereka yang ingin membantu kegiatan kemanusiaan ini. Bantuan dapat disalurkan melalui Bank Mualamat Indonesia Cabang Kramat No Acc 301.00349.15 atas nama Medical Emergency Rescue Committee.

 

1