![]() |
||
|
Ustad Ja'far Umar Tholib:"Insya Allah Kami Mulai Berperang"
Berbeda dari penampilannya di podium yang lantang, sehari-hari Ustad
Jafar Umar Tholib ternyata cukup ramah. Ketika berbincang-bincang
dengan FORUM, Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jamaah itu juga
sering tersenyum dan kadang-kadang tertawa terbahak-bahak. Apa
sebenarnya yang mendorongnya menyerukan jihad? Kepada FORUM, ia
membeberkan seruannya itu. Berikut petikannya.
Apa latar belakang ustad mengadakan tablig akbar di Jakarta?
Tablig akbar haruslah mempunyai nilai pressure yang tinggi. Agar punya
nilai pressure yang tinggi, kami mengadakan di tempat strategis di Ibu
Kota, Senayan. Tablig ini punya dua misi. Pertama, membangkitkan
semangat kaum muslimin untuk berjihad dan menjelaskan misi jihad. Kedua,
dengan tablig akbar saya melakukan psywar (perang urat saraf) agar
mereka tidak terlalu menganggap enteng umat Islam.
Jadi, aksi itu sekadar perang urat saraf?
Itu adalah tahapan menuju perang fisik. Setelah mental mujahidin utuh
dan mental musuh menciut, insya Allah kami akan memulai peperangan. Itu
sudah kami canangkan. Saat ini kami masuk ke pematangan laskar.
Kalau pemerintah menghalangi...
Kami tidak peduli. Pemerintah ataupun nonpemerintah, siapa pun yang
memihak mereka, berarti [kelompok] mereka. Kalau sampai pemerintah
menghalangi dan melukai pasukan mujahidin demi membela Kristen, kami
akan mengobarkan perang terhadap Kristen yang ada di Jawa dan di luar
Jawa. Itu menjadi sasaran berikutnya. Tapi, sesungguhnya, kami hanya
mempunyai satu sasaran: Maluku.
Jika jihad dikobarkan, bukankah pertikaian akan merembet ke berbagai
daerah?
Sesungguhnya bencana nasional itu sudah terjadi, tapi dikemas sedemikian
rapi. Dengan demikian, wilayah yang belum mendapat giliran tidak
merasakan adanya bencana nasional itu. Maka, kalau sampai pemerintah
memihak Nashara, kami akan bangkitkan kaum muslimin seluruhnya, bahwa
kita dalam situasi darurat perang.
Mengapa setelah bertemu Anda, Gus Dur marah?
Tujuan kami bertemu itu supaya ia mendengar langsung ultimatum-ultimatum
yang kami utarakan. Waktu itu saya katakan kepadanya: "Kamu sebelum jadi
presiden sampai menjadi presiden, selalu berpihak kepada Nashara."
Setelah dimaki-dimaki, ia marah. Tapi, makian yang kami sampaikan itu
langsung mengena kepadanya. Ini bukan makian tanpa etika, tapi kritikan.
Bagaimana bila massa NU tidak terima?
Insya Allah hal itu tak terjadi karena kami punya lobi dengan kiai-kiai
NU di berbagai tempat. Keresahan itu terjadi juga di kalangan kiai NU
terhadap berbagai sikap Gus Dur.
Jika dihalangi dan terjadi pertempuran di Jawa, apa targetnya?
Sasaran yang masuk dalam daftar kami, pertama tokoh-tokoh gereja. Kedua,
fasilitas dalam bentuk gereja atau gedung-gedung yang mereka miliki.
Kami pilih tokoh-tokoh karena tidak boleh seluruh Nashara harus
disalahkan.