![]() |
||
|
Laskar Menggertak, Gus Dur TerancamSepuluh ribu laskar jihad akan berangkat ke Maluku. Jika dihalangi,
mereka akan mengobarkan perang di Jawa. Presiden pun marah.
Kelambanan pemerintah dalam menyelesaikan konflik Maluku rupanya
membangkitkan kegeraman. Apalagi, Presiden Gus Dur kerap melontarkan
pernyataan yang kerap menyudutkan umat Islam. Sebagian umat Islam lantas
mencoba bertindak sendiri. Mereka berencana mengirimkan 10 ribu laskar
jihad ke Maluku. Kalau kurang yakin, dengar saja kata Ustad Jafar Umar
Tholib, Panglima Laskar Jihad Ahlussunnah Wal Jamaah. "Tiga ribu laskar
jihad segera kami kirim April ini," ujarnya. Dan, 7.000 lainnya akan
menyusul. Gawatnya, bila pemerintah melarang, Ja'far justru akan
mengobarkan jihad di Jawa.
Gertakan Ustad Ja'far itu tak bisa dianggap enteng. Sebab, ucapan itu
dilontarkan dalam tablig akbar yang digelar oleh Forum Komunikasi
Ahlussunnah Wal Jamaah (FKAWJ) di Senayan, Jakarta, Kamis pekan lalu.
Acara yang bertajuk "Jihad: Upaya Akhir Mematahkan Gerakan Pemberontakan
Kristen Maluku" itu seakan menjadi ajang pemanasan. Ribuan orang yang
tergabung dalam laskar jihad hadir di situ. Kendati penampilan mereka
beraroma "padang pasir"--jidat hitam, berjenggot, jubah putih selutut,
sorban, dan celana separuh betis--mereka tampak telah dilatih secara
militer. Malah, tidak sedikit yang beratribut militer, membawa
walkie-talkie, bersepatu lars, dan menenteng pedang serta anak panah.
Tokoh yang berpidato dalam tablig itu, antara lain, Ustad Ali Fauzy dari
Maluku, H. Abu Bakar Wahid Al-Banjari, dan Brigjen (Purn.) Rustam
Kastor. Acara diakhiri dengan ceramah oleh ustad Jafar. Dengan suara
lantang, sang ustad mengecam pemerintahan Gus Dur yang dinilainya telah
menjadi kuda tunggangan Barat untuk menghadapi umat Islam. Ujungnya, ya
itu tadi, mengajak umat Islam berjihad.
Seusai bertablig, sekitar pukul 12.00, laskar-laskar itu tak segera
bubar. Mereka merangsek ke Istana Negara untuk menyampaikan keinginan
mereka mengirim pasukan ke Maluku. Tapi, ketika hampir sampai di Istana,
rupanya, massa dari Front Pembela Islam (FPI) dan Pemuda Muslim Ambon di
Jakarta yang bertujuan sama telah datang lebih dahulu. Massa FPI
ternyata lebih "garang". Mereka sempat bentrok dengan polisi yang
mengadangnya. Untung laskar jihad segera datang dan dengan cepat
membentuk pagar betis dua lapis untuk mencegah bentrokan dengan aparat.
Akhirnya, ustad Jafar dkk. bisa masuk ke Istana dan bertemu dengan Gus
Dur. "Tujuan kami bertemu, supaya telinganya mendengar langsung
ultimatum-ultimatum yang kami utarakan," ujar Jafar. Lantas, si ustad
mengkritik keras Gus Dur. "Sebelum jadi presiden sampai menjadi
Presiden, kamu selalu berpihak kepada Nashara [Nasrani]," katanya. Ia
menyebut rencana pencabutan Tap MPRS No. XXV tentang ajaran komunisme
dan Leninisme sebagai salah satu contoh.
Tak diduga, kritikan itu membuat Gus Dur berang. Buktinya, ketika Jafar
memberi kesempatan Ali Fauzy berbicara, Gus Dur melarang. "Tidak usah,
stop. Cukup. Sudah lebih dari lima menit. Saya berikan lima menit,
kalian sudah lebih dari lima menit," ujar Gus Dur sebagaimana ditirukan
Rustam Kastor.
Namun, Gus Dur menjawab pula pertanyaan Jafar. "Saya ini presiden yang
dipilih oleh MPR. Saya melaksanakan tugas MPR juga UUD 1945 yang saya
tafsirkan menurut pendapat saya sendiri." Lalu, Jafar menukas, "Lo,
kalau begitu Presiden menafsirkan kemauannya sendiri." Mendengar
tanggapan itu, menurut Ja'far, Gus Dur marah besar. Lalu, Gus Dur
berdiri dan "mengusir" mereka. Karena situasi sudah panas, staf
kepresidenan lantas meminta utusan laskar jihad itu meninggalkan tempat.
"Presiden, kamu sinting!" kata Jafar di depan Bondan Gunawan, Pjs
Sekretaris Negara, sambil menyilangkan telunjuk di dahi.
Meskipun tak mendapat "restu" Presiden untuk berjihad, tekad mereka
sudah bulat untuk berangkat ke Maluku. Apalagi, mereka mendapat dukungan
fatwa dari sejumlah ulama Timur Tengah, seperti Syekh Muqbill bin Hadi
Al-Wadi di Yaman dan Syekh Rabi Al-Madkhali di Madinah. "Mereka
menyatakan fardu ain tentang hal ini," ujar Jafar.
Situasi di Maluku sendiri, menurut Rustam Kastor, belum sepenuhnya aman.
Yang relatif tenteram baru di Ambon. "Itu pun karena ada aparat
militer," ujar laki-laki yang pernah dituding sebagai provokator oleh
Gus Dur itu.
Namun, kata sosiolog UI Thamrin Amal Tomagola, sebenarnya Maluku sudah
relatif aman dan kehidupan normal telah bergulir. Tinggal beberapa
letupan di sekitar Masohi dan Pulau Buru. Sementara, di Halmahera Utara,
meskipun masih berkobar perang, posisi sudah di tangan kelompok Islam.
"Jadi, pengiriman pasukan jihad itu tidak perlu lagi," ujarnya.
Kapuspen TNI Marsekal Muda Graito Usodo pun mengingatkan agar FKAWJ
tidak berlebihan dalam mengumbar ancaman. Tapi, "Kalau masih dalam batas
ucapan-ucapan, kita biarkan saja," ujarnya.
Gus Dur sendiri tampaknya juga tidak bisa terus-menerus mengumbar
pernyataan. Soalnya, sejumlah pernyataan Presiden, terutama soal
pencabutan Tap MPRS No. XXV dan masalah Maluku, telah memancing
kemarahan sebagian umat Islam. Dan, bukan tak mungkin, gara-gara hal itu
partai-partai Islam dan Golkar akan menarik dukungan terhadapnya.
Jelasnya, "Hal itu bisa menjadi dorongan kuat bagi fraksi-fraksi di DPR
untuk meminta DPR mengundang Presiden dalam Sidang Istimewa," ujar Ketua
DPR Akbar Tandjung. Kalau itu terjadi, Gus Dur benar-bernar bisa repot.
Hanibal W.Y. Wijayanta dan Tim FORUM