INDONESIAN SKEPTICS SOCIETY
Controversy - Discussion - Debate
MAIN
INTRODUCTION
MEMBERSHIP
DICTIONARY
GUESTBOOK
Diskusi Agnostik
Sumber Gopher Milis
APAKABAR (INDONESIA-L)
Atas budi baik Setya A. Sis
[INDONESIA-L] Partai Agnostik & Hed
apakabar@clark.net 25-Oct-97
From: "urip mawut" uripmawut@hotmail.com
To: apakabar@clark.net
Subject: Partai Agnostik & Hedonis Date: Fri, 24 Oct 1997 21:06:10 PDT
Kalau nanti Indonesia benar merdeka, saya akan dirikan Partai Agnostik dan Hedonis.
Apa sih Agnostik? Agnosticism adalah kepercayaan yang tidak menolak adanya Tuhan, tapi tidak percaya manusia bisa membuktikannya pake rasio atau indera.
Islam ? good, Kristen? fine. Budha? well, good. So, Apa agama kamu? I don't care. Mungkin semuanya. Kebenaranlah agama saya. Lalu apa yang anda praktekkan dalam menyembah tuhan? Urusan saya.
Negara merdeka tidak akan memaksa rakyatnya untuk mencantumkan agama di KTP. Jadi orang agnostik akan mengosongkannya. Disini orang-orang agnostik juga akan tidak mempermasalahkan rakyat lain yang mencantukman agama di KTP-nya. Toh kalau dapat kesusahan adalah kesusahan mereka sendiri. Kalau ditanya ngotot: Apa agama kamu? I'am agnostically moslem christian budhist, sekedar untuk mendinginkan lawan bicara.
Ini untuk kaum yang tidak mau pusing-2 masalah agama.
Apa hedonis? sebenarnya kata hedonis kurang Indonesiawi dan barangkali ada istilah lain. Hedon adalah satu suku yang hobinya bersenang-senang. Seneng mabok, main perempuan, main laki, dan hura-hura. Sayangnya saya tidak suka mabok. Atribut mabok hanya untuk orang yang kena pengaruh alkohol, narkotik atau punch drunk (kebanyakan dijotos kepalanya dan kliyengan, tanya sama Syamsul Anwar). Tapi orang hedonis baru lebih suka psychedelics. (cari sendiri infonya di http:\\www.lycaeum.org cuman ini pake bahasa Inggris, yang bahasa Indonesia belum saya terjemahin)
Walaupu begitu, orang tidak dilarang untuk mabok. Resiko tanggung sendiri, dan dilarang sambil ngamuk-ngamuk yang melanggar hak orang lain.
Lha, nanti kan banyak pemeluk agama yang nggak mau ikutan? Siapa bilang?
Nanti ada departemen Islam: bagi orang Islam yang suka seneng-seneng. Ada tim ahli, kiyai, ulama, santri dll yang membahas seneng-2 menurut Islam. "Get-high" (bukan mabok) yang sesuai Qur'an dan Hadist. (Pake Qat/khat/cathinone atau kopi misalnya, Ekstrak kopi dijual di pasar gelap sebagai ecstasy dan memang efeknya sangat mirip). Main perempuan/laki yang tidak dilarang dsb. (mis. praktek-2 main kawin cerai kilat seperti yang banyak dipakai di Sukabumi, Indramayu, Iran dan oleh Soekarno). Perempuan boleh naksir laki dan ngajak kawin kilat pake penghulu, dan nggak perlu didaftar.
Nanti ada departemen kristen, budha dll yang ahli dalam mencari dalil-dalil untuk menyokong hobi di atas. Hura-hura yang kristiani, budhist dll. Konon hura-hura yang dilakukan czar dan czarina Rusia di akhir kejatuhan kekaisarannya juga didukung oleh gereja orthodox. Bahkan beberapa pemuka agamanya bersedia mengemukakan dalil dalam Injil yang mendukung hura-2 model czar dan czarina. Saya tidak tahu pasti, saya serahkan nanti kepada departemen masing-masing.
Budhism dalam salah satu alirannya menganjurkan agar menjadi kaya. Inti dari nirvana adalah tidak adanya keinginan lagi. Ada yang memiskinkan diri sendiri dan sudah tidak ingin apa-2 lagi. Tapi ada juga yang menurutkan segala keinginannya sampai luar biasa bosan dan tidak ingin apa-apa lagi. Ini yang saya rangkul. Keinginan khan banyak. Apaplagi masih muda. Dengan demikian dalam jalan menuju nirvana, mereka sangat cocok dengan tujuan politik partai ini: senang-senang.
Yang ingin khusyu' gimana? Wah, dihargai sekali. Khusyu' khan salah satu dari bentuk kesenangan. Mendisiplinkan diri sampai merasa senang dengan kedisiplinan tersebut. Mereka dihormati sekali. Jadi orang-orang Islam, Kristen, Budha dll yang senang mengamalkan ajarannya dengan benar sangat dihargai. Yang penting senang, ya khan? Kalau tidak senang, tujuan politik tidak tercapai.
Eeee lhadalah. Yang suka perek, dan pelacur? Wah boleh saja. Pelacuran adalah salah satu profesi paling tua. Pelarangan di negara manapun terbukti tidak ada hasilnya. juga tidak di Indonesia. Jakarta adalah kota yang paling banyak pelacurnya di dunia dalam ukuran per kilo meter persegi. (Saya pernah kirim relay artikel ini ke Indonesia L tapi ditolak dan sudah ada di milis lain.) Melacur itu sendiri tidak melanggar hukum. Prakteknya harus diatur.
Wah, kalau kebakaran hutan, masalah lingkungan dsb, bagaimana kalau cuma senang-senang melulu? Lha siapa sih yang senang kalau hutan pada dibakar? Lingkungan menjadi rusak, sesak napas, kulit gatal dan cepet mati? Para proponent lingkungan hidup harus dibantu, direkrut dan disokong demi kesenangan bersama. Jangan merusak, karena itu mengganggu kesenangan orang lain.
dsb. dsb.
Namun demikian semua ini ada aturannya. Dasar aturan adalah: anti prohibitionism, hak dan kebebasan warga, no sexism/genderism (lesbian dan gay nggak masalah asal tidak saling ganggu).
Anda sendiri Mas Urip, akan ikut departemen mana? Urusan saya, dan saya tidak mau diganggu. Saya lagi senang-senang.
Formulir untuk anggota partai ini sudah disediakan dan saya akan jadi penanda tangan kedua,... ada yang mau menanda-tangani sebagai anggota pertama?
Salam dan merdeka.
Urip Mawut
[INDONESIA-L] RUBRIK - Diskusi Agam (r)
apakabar@clark.net 14-Nov-97
Date: Thu, 13 Nov 1997 16:44:18
+0700
To: apakabar@clark.net
From: Edy Sukrisno krisno@dangerous-minds.com
Subject: Re: [INDONESIA-L] RUBRIK - Diskusi Agama
At 02:37 PM 11/11/97 -0700, you wrote:
>From: "urip mawut" uripmawut@hotmail.com
>To: apakabar@clark.net >Subject: Agnosticism adalah EGP >Date: Mon, 10 Nov 1997
19:38:11 PST
>Kedua, agnostik theistik itu ya agnostik saja titik. Agnostik atheistik >itu tidak ada. Yang ada adalah atheisme. Namun rata-rata orang agnostik >itu dekat pada atheis. Adanya tuhan itu tidak "impossible", namun >"improbable". Dan intinya adalah : Persetanlah, ada kek, enggak kek, gua >jalanin apa yang gua pikir baik. Ini praktek yang dipakai bagian >terbesar masyarakat moderen di bumi belahan barat.
Bung Urip Mawut, saya tidak mengatakan bahwa ada agnostik theistik dan ada agnostik atheistik. Saya sangat sepakat dengan Anda bahwa yang ada hanyalah agnostik saja. Namun, yang membedakan posisi saya dan Anda sebagai sesama agnostik adalah bahwa Anda mengasumsikan bahwa Tuhan itu ada, sementara saya masih pada tingkat mempertanyakan asumsi tersebut.
Kata-kata memang licin dan sering menyesatkan sehingga kata yang sama bisa punya makna berlainan bagi orang yang berbeda. Saya menangkap makna agnostik yang Bung Urip maksudkan bahwa Tuhan itu ada, namun keberadaannya tidak mungkin dijangkau oleh manusia sehingga Bung Urip membuat rumusan singkat (dan tepat) untuk menggambarkan posisi agnostisisme yaitu: EGP. Repotnya saya sudah mengalami kebuntuan ketika harus menjawab pertanyaan apakah Tuhan itu ada. Jawab saya mungkin ada, mungkin pula tidak.
Atheisme juga cukup problematik dan tidak seburuk atau sejahat yang ada di kepala sebagian besar orang. Saya sempat menimbang-nimbang untuk menjadi atheist, namun karena di Indonesia staus hukumnya tidak jelas, maka niatan tersebut saya urungkan. Kalau atheisme tidak boleh hidup di Indonesia, apakah negara bersedia mendeportasi warga negaranya yang ketahuan atheist ke negeri-negeri yang membolehkan atheisme hidup dengan tentram?:-)
Bagi yang tertarik dengan atheism dan agnosticism ada web yang perpustakaannya cukup lengkap dan menarik di http://www.infidels.org
Ini adalah web atheism yang paling bagus yang pernah saya temui. Mereka punya milis juga, seperti godexist dan humanism, namun sepi atau mungkin tidak ada.:-( Saya kurang tahu.
Salam, Edy Sukrisno
[INDONESIA-L] RUBRIK - Diskusi Agam (r)
apakabar@clark.net 11-Nov-97
From: "urip mawut" uripmawut@hotmail.com
To: apakabar@clark.net
Subject: Agnosticism adalah EGP Date: Mon, 10 Nov 1997 19:38:11 PST
Sdr. Joko dan Koh Mardi, dan Sdr. Edi S. menanggapi ketuhanan versi saya, dan di sini juga saya deklarasikan bahwa ketuhanan jenis ini bukan versi milik saya seorang. Banyak ilmuwan yang sampai pada kesimpulan akhir menjadi atheis, agnostik atau malah lebih kenceng dengan keyakinan agamanya masing-masing. Demikian pula yang bukan ilmuwan.
Sdr. Joko sampai pada kesimpulan bahwa tuhan tidak ada, ini saya hargai kalau memang pemahan terhadap fenomena yang dapat diamati mengarahkan demikian. Demikian pula Sdr. Edi S. yang menghukum saya dengan kesimpulan agnostik theistik. Ini lucu, nanti saya jelaskan. Disinggung juga oleh Sdr. Edi masalah perlunya silogisme.
Tidak satupun yang saya sanggah. Saya hanya memberikan pendapat saya mengenai butir-butir diskusi yang cukup panjang dan melibatkan cukum banyak web surfer. Tak lepas juga sumpah serapah sebagai bumbu-bumbu, biar diskusinya tambah rame.
Silogisme memang perlu, tapi bukan digunakan sebagai alat untuk menang-menangan diskusi sehingga diskusi buntu, lawan diskusi akhirnya menyumpah-serapahi orang yang memakai silogisme menang-menangan ini.
Contoh kongkritnya: Dikatakan tuhan itu maha kuasa, maka suka-2 dia kalau kemudian dengan kemahakuasaannya ia menciptakan tuhan lain yang sama kuasanya dengan dirinya sendiri. Atau karena dasarnya sudah yakin duluan bahwa tuhan itu beranak, maka silogisme yang dipakai adalah bahwa, suka-2 tuhan yang dengan kemaha-mampuannya ia menciptakan anaknya, dikirimnya kebumi yang kecil, ngajarin manusia, kemudian dibunuhnya sendiri dengan program kekuasaannya.
Kalau ada orang yang membantah bahwa cerita begini adalah cerita jaman pra-peradaban, maka dijawab dengan silogisme asal menang: Ya suka-2 tuhan dong. Diskusi jadi buntu. Ini kan hanya ngotot kayak penis diiket tali.
Ini yang saya suruh singkirkan. Untuk dipakai terus silahkan, tapi jangan diskusi lagi dengan saya. Untuk apa? Kan sudah tidak ada diskusi lagi, dan masing-2 pergi dengan keyakinannya sendiri tanpa manfaat yang dipetik dari diskusi.
Kedua, agnostik theistik itu ya agnostik saja titik. Agnostik atheistik itu tidak ada. Yang ada adalah atheisme. Namun rata-rata orang agnostik itu dekat pada atheis. Adanya tuhan itu tidak "impossible", namun "improbable". Dan intinya adalah : Persetanlah, ada kek, enggak kek, gua jalanin apa yang gua pikir baik. Ini praktek yang dipakai bagian terbesar masyarakat moderen di bumi belahan barat.
Dalam diskusi ketuhanan begini, resikonya adalah bahwa seseorang bisa berkesimpulan bahwa tuhan itu tidak ada. Darimanapun berangkatnya, tidak ada masalah. Menurut sdr. Joko, pada level mana posisi saya pada awalnya. Dan Ngkoh Mardi mempermasalahkan saya yang bekas Islam. Ini sebenarnya nggak ada masalah sama sekali. Yang penting adalah hasil dari diskusi. Kalau pada akhir sessi diskusi berkesimpulan bahwa tuhan itu memang ada namun hakekatnya tidak bisa diraba oleh pengetahuan manusia, dan agama apapun tidak akan sanggup menerangkan dengan menggunakan ilmu yang dimiliki manusia, maka ia sampai pada kesimpulan agnostik. Seperti kebanyakan ilmuwan, termasuk Enrico Fermi, Einstein, dan Pak Hawking.
Sebaliknya, jika kesimpulan diskusi membimbing kepada keyakinan bahwa tuhan itu tidak ada, itu adalah kesimpulan atheis.
Jadi yang namanya agnostik theistik itu nggak ada alias redundant (pengulangan). Orang agnostik selalu percaya bahwa tuhan itu bisa saja ada (not impossible). Demikian pula agnostik atheistik juga nggak ada. Yang ada atheisme, karena agnosticism tidak pernah menolak klaim bahwa tuhan iotu ada. Hanya saja, hakekatnya kayak apa EGP (emangnye gue pikirin?).
Seperti saya sebut di atas, saya tidak sendiri dalam berkesimpulan seperti ini. Pak Hawking membuat hipotesa adanya massa yang luar biasa masifnya ketika waktu = nol. Implikasinya, ia ikut aliran "creationist"/penciptaan. Tak diterangkan darimana massa yang masif itu berasal. Kemudian disebutkannya juga adanya kembaran dari jagad raya serta jagad raya yang masih berusia dini. Ini semua memberikan implikasi bahwa "ada" yang menciptakan massa yang luar biasa masif tersebut.
Dalam tulisan ilmuwan lain, disebutkan bahwa jagad raya ini terus menerus berkembang/melembung. Bayangkan jika balon terus menerus ditiup. Akhirnya? Pecah.
Akibatnya? Tak ada seorangpun yang tahu. Ilmu yang dimiliki manusia masih terlalu cetek, too shallow. Ada yang membuat permisalan: celupkan jari ke laut, yang menempel di jari adalah ilmu yang mampu diketahui dari lautan-2 ilmu yang ada. Bagi saya setelah jagad raya pecah adalah EGP. Otak saya nggak nyampe.
Dengan ini pula dengan rendah hati saya deklarasikan bawa agnosticism saya adalah bahwa saya percaya adanya tuhan karena pengamatan dan otak saya dapat mendeteksi tanda-tanda kekuasaanya, namun kalau ditanya terus : kayak apa sih tuhan itu? Dan agama mana sih yang paling betul? Apa agama Urip? Saya jawab EGP.
Di sini pula saya himbau bahwa advokasi agama apa yang paling benar tidaklah ada gunanya. Apalagi kalau disertai advokasi kekerasan dan saling memaki antar penganut agama dan penganut tidak perlunya agama.
Terima kasih buat Ngkoh Mardi P. (Huruf N-nya sudah saya gedein) yang memberikan info site-nya Bertrand Russel, cuman Gnostics-nya nggak ketemu, URL tak dikenal. Juga saya makin "mengimani" agnosticism versi saya, alasannya sederhana, yaitu, ilmu manusia masih terlalu cetek untuk mengertahui "anything beyond material phenomena". Dus, EGP.
Cuman kesimpulan bung Mardi bahwa saya percaya pre-determination itu kurang pas. Saya hanya menggambarkan tiga macam "schools of thought"/aliran filsafat dalam Islam. Diskusi macam ini sudah pernah dilakukan berabad-abad yang lalu, dan berantem. Yang saya harapkan, diskusi jalan terus, berantem jangan.
Tanya: Mas Urip sendiri aliran apa? Jawab: "I am agnostic about it." Terjemahannya : "Emangnye gue pikirin". Saya lebih suka bersenang-senang.
Salam dan Merdeka
[INDONESIA-L] RUBRIK - Diskusi Agam (r)
Date: Sun, 09 Nov 1997
To: apakabar@clark.net
Subject: Re: Diskusi Agama
From: Mardi P.
>To: apakabar@clark.net
>From: Edy Sukrisno <krisno@dangerous-minds.com>
>Saya tertarik untuk nimbrung dalam ngobrol-ngobrol soal eksistensi Tuhan >dengan peserta Urip Mawut, Mardi, dan Joko S.D. yang cukup seru.
>Posisi saya di sini adalah sama dengan posisi Urip Mawut, yaitu agnostik. >Namun demikian, agnostik itu, sebagaimana juga orang-orang theistik ada >macam-macam sehingga adalah wajar kalau ada silang pendapat antara saya dan >Urip Mawut dalam soal eksistensi Tuhan.
Saya tidak yakin apakah anda dan Urip Mawut betul-betul orang yang agnostik. "A-gnostik" berarti "tidak tahu". Juga dipakai oleh orang yang "tidak mau tahu" atau Jawanya "mbuh, ra weruh".
Anda berdua tertarik kepada diskusi semacam ini, jelas bukan tindakan orang yang agnostik.
Kalau anda menolak semua agama yang infleksibel ini, bukan berarti anda agnostik. Saya rasa anda ingin menjadi "gnostik", tapi tidak pasti yang mana yang mau dipercayai.
Dalam hal ini, posisi kita semua (Urip, Mardi, Joko, dan anda) sama. Yaitu, menolak agama apa saja, tapi mau mengerti hakekat yang sebenarnya. Ini memang resiko menjadi orang intelektuil.
>Mengikuti perdebatan yang seru antara ketiga peserta itu, saya melihat >bahwa dalam soal eksistensi Tuhan tidak ada perbedaan substansial antara >Mardi dan Urip Mawut karena dari posting-posting mereka tercium aroma >theistiknya sangat kuat. Sedang Joko S.D kelihatannya memang benar-benar >"bebas dari agama.":-) Saya juga termasuk agnostik yang "bebas dari agama."
Betul, banyak persamaan antara saya dengan Urip. Diantaranya, bahwa logis kalau Tuhan itu exist, tapi existensinya tidak bisa dijelaskan dengan akal. Tapi ada perbedaan yang substantial. Urip percaya semua aksi dala alam ciptaanNya ini sudah "predetermined" (ditakdirkan) oleh "kekuasaan alam (the law of nature)". Sedang saya percaya bahwa barang hidup (organisme) mempunyai kebebasan yang tidak ditentukan lebih dahulu. Atau dengan kata lain, kalau Tuhan itu ada, Dia tidak mengatur bagaimana manusia harus berpikir dan bertindak dalam menjalani hidupnya.
>Sebagai seorang agnostik, saya tidak tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak >karena toh keberadaan/ketidakberadaannya lebih banyak merupakan klaim-klaim >yang tidak bisa dibuktikan dengan gampang. Kalau memang buktinya jelas, >tentunya perdebatan tentang eksistensi Tuhan tidak perlu lagi. Dengan >demikian posisi theistik dan atheistik pada hakekatnya sama saja -- yang >satu adalah kebalikan dari yang lain. Cuma tidak jelas yang mana yang >terbalik.:-)
Tidak jelas apa maksud anda.
>Apakah Tuhan ada atau tidak ada, bagi saya tidak penting.
Ini saya setuju sekali. Kalau ada ya biarkan ada, kalau tidak ya biarkan tidak. Bukan urusan saya. Memang saya tidak tahu. Apakah ada kehidupan sesudah kematian, surga dan neraka, saya tidak peduli.
Lebih baik hidupi saja hidup yang kita tahu ini.
Tapi, secara jujur, tidakkah hati anda penuh kerinduan untuk tahu? Seringkali hati saya terasa begitu sepi, dan hanya kepercayaan kepada existensi Tuhan saja yang bisa menenangkan. Mungkin, karena itulah orang atheis mengatakan bahwa agama adalah opium bagi akal.
>Kadang saya bertanya-tanya apa kira-kira yang terjadi kalau memang benar-benar terbukti >bahwa Tuhan itu ada/tidak ada? Apakah kehidupan manusia akan menjadi lebih >baik atau lebih buruk atau tetep gitu-gitu saja?
Tergantung siapa orangnya. Ada cerita, katanya ada orang-orang yang bunuh diri waktu mereka diyakinkan bahwa sang Bulan ternyata cuma sebuah planet yang mati saja, bukan seorang dewi seperti kepercayaan mereka. Dan tentunya anda pernah dengar mengenai kelompok "Heaven's Gate" yang bunuh diri ramai-ramai waktu komet Hale-Bopp lewat. Entah apa yang akan mereka lakukan kalau mereka diyakinkan bahwa komet itu cuma batu saja.
Sebenarnya yang lebih penting ditanyakan adalah "siapakah anda" itu sendiri. Baca posting saya untuk Joko S.D. berjudul "Renungan Filsafat". Kalau semua predikat yang anda dapat di dunia itu anda tanggalkan (nama, kepercayaan, pendidikan, profesi, dll), siapakah yang tersisa? Hakekat manusia ini tidak akan terpengaruh oleh ada tidaknya Tuhan.
>Untung Agnosticism tidak ada dalam GBHN, kalau ada bisa kesikat juga lho.:-)
Baca posting saya "What's Next, KISDI?"
>Salam, >Edy Sukrisno
-Mardi P.
[INDONESIA-L] RUBRIK - Diskusi Agam (r)
apakabar@clark.net 12-Nov-97
Date: Tue, 11 Nov 1997
To: apakabar@clark.net
Subject: Re: Diskusi Agama
From: Mardi P.
>From: "urip mawut" <uripmawut@hotmail.com> >Subject: Diskusi Agama
>>Mardi: >>Kehendak juga tidak dibatasi oleh kematian. Ini bisa dijelaskan dari dua >>segi: >>1. Orang bisa mati, tapi kehendaknya jalan terus diantara orang yang >>masih hidup. Misalnya seperti misi Bunda Teresa.
>Urip: >Ini ngaco. Takhayul. Orang mati ya sudah wasalam. Bunda Theresa sudah >meninggal maka otomatis kehendaknya Bunda Theresa nggak ada lagi. Jangan >campurkan misi dengan kehendak, keinginan, self awarenes dll. Misi yang >dijalankan orang lain adalah kehendak orang lain lagi. Bunda Theresa >sudah nggak ikut campur lagi.
Saya tidak mengatakan arwah Bunda Teresa membayang-banyangi misinya. Yang jelas misi itu masih ada. Tanpa Bunda Teresa misi itu tidak ada. Jadi misi itu adalah kehendak Bunda Teresa yang tetap hidup.
Saya tidak bertujuan mengatakan hal-hal yang para-normal. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa kehendak itu tidak ikut mati.
Hal ini bisa dipakai untuk menerangkan tentang penciptaan Urip Mawut sebagai manusia. Apakah menurut anda, kalau Tuhan itu ada, Dia menciptakan anda secara khusus? Saya rasa tidak. Pada mulanya Dia berkehendak untuk menciptakan seorang manusia. Turun temurun, sampai anda lahir. Walaupun tidak diciptakan secara khusus, tokh anda termasuk dalam kehendak Tuhan juga (secara konduktif). Jadi jelas kehendak Tuhan tidak terbatas oleh kematian manusia ciptaannya yang pertama, ataupun oleh lahirnya manusia-manusia berikutnya.
Demikian juga kehendak manusia.
>> Urip: >> Itulah sebabnya saya nggak percaya tuhan yang beranak bercucu, >> bercicit, beristri (dengan pacaran dulu?). Dapat saja para pendukung >> kepercayaan dan pikiran tolol ini berkilah: karena dia maha kuasa ya bisa saja >> dong, apa yang nggak mungkin?
>>Mardi: >>Tanggapan Urip diatas jelas tidak obyektif. Karena dia bekas Islam, dan >>agak anti Kristen, walaupun ngakunya agnostik, maka dia tidak bisa >>menerima logika anda.
>> Urip: >> Cobalah kita amati: >> Bumi yang sebegini besar itu hanya sebutir debu di jagad raya. Lha koq >> milyaran orang tolol mengklaim bahwa penguasa jagad tersebut punya >> bentuk seperti mereka? Sifat-sifat seperti mereka? >> Apakah manusia begitu khusus kedudukannya dijagad raya ini?
>>Mardi: >>Untuk Urip: FYI. Anda terbalik. Orang bukan percaya bahwa Tuhan itu >>seperti manusia, tapi manusialah yang memiliki (some of) sifat-sifat >>Tuhan. Ini saya setuju. Kalau saya menciptakan sesuatu, maka ciptaan >>saya pasti akan memiliki (some of) sifat-sifat saya. Lebih dari itu, >>bukan cuma manusia saja, tapi saya juga percaya bahwa binatang, >>tumbuh-tumbuhan, dan apa saja dalam alam semesta ini, termasuk hukum >>alam, mempunyai (some of) sifat-sifat Tuhan.
>Urip : >Anda yang picik. Klaim ini adalah klaim katak dalam tempurung. Lihat >jagad raya.
>Tuhan tidak hanya menciptakan manusia. Itu sebabnya saya tanyakan: >Apakah manusia memang punya kedudukan khusus di hadapan tuhan? Eh nggak >ada jawaban, malah para diskusiwan lari ngalor ngidul.
Jelas punya kedudukan khusus, kalau tidak buat apa diciptakan. Anjing juga punya kedudukan khusus, kecoa juga, demikianpun matahari, bulan, dan bintang. Seperti juga setiap tulisan anda dalam forum ini, masing-masing punya kedudukan khusus, kalau tidak buat apa anda tulis?
Yang menganggap bahwa manusia itu adalah yang paling khusus memang picik. Ketidak-khususannya itu bukanlah karena manusia hanya kecil seperti debu saja, tapi karena manusia itu adalah sama-sama salah satu ciptaanNya.
Dengan membandingkan manusia kecil seperti debu, anda telah mengatakan bahwa debu itu tidak spesial dan bukan barang berharga. Padahal dalam debu sekecil itupun terkandung pengetahuan yang masih diatas kebisaan manusia. Sebutir debupun telah diciptakan dengan kedudukan yang khusus di hadapan Tuhan.
>Tuhan menciptakan sesuatu yang mirip dirinya? Lucu banget. Katanya nggak tahu tuhan itu kayak >apa, tapi sok tahu sifatnya.
Logika saya: hasil ciptaan itu selalu mengandung sesuatu sifat dari penciptanya. Tidak mungkin tidak. Tapi apakah dengan melihat satu ciptaan kita lalu tahu sifat sang pencipta, ya tidak.
Makin banayk kita mempelajari barang-barang ciptaannya, makin kita seinci (atau seperseribu inci?) lebih dekat untuk mengetahui sifat pencipta ini. Dari membaca suatu tulisan anda, saya bisa menduga anda itu punya sifat apa, makin banyak saya baca tulisan-tulisan anda, makin lebih tepat dugaan saya. Tapi saya tidak akan pernah bisa mengklaim bahwa saya tahu siapa anda, sampai saya ketemu dan kenal anda betul-betul.
>Tujuan anda: menghalalkan statement bahwa tuhan punya anak Jesus yang juga tuhan. >(Ini omongan injil yang ditulis oleh petani dan nelayan di jaman >pra-peradaban. Anda sebenarnya mempertahankan klaim Injil bahwa tuhan >menciptakan manusia mirip dirinya. Punya anak dll. Ngaku deh.)
Anda salah dalam beberapa hal:
1. Saya tidak peduli Yesus itu anak Tuhan atau bukan. Maksudnya anak biologis seperti yang terjadi pada manusia. Dalam arti kata Tuhan memberikan spermaNya kepada Maria secara ajaib, kemudian Yesus lahir. Itu saya tidak peduli. Sebaliknya, biarpun Yesus itu ternyata adalah anak haram Maria dengan tunangannya (Yusuf) saya juga tidak peduli.
2. Dari apa yang saya mengerti, kata "anak" ini dipakai untuk menggambarkan hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu seperti ayah dan anak. Jadi dalam hal ini, bukan Yesus saja yang anak Tuhan, tapi juga saya dan anda.
3. Di dalam Injilpun Yesus tidak pernah mengklaim bahwa dialah satu-satunya anak Tuhan. Yang tertulis adalah dia sering menyebut Tuhan dengan kata "Bapa".
>Ada injil lain yang ditulis oleh orang yang lebih scholar : Barnabas. >Tapi gereja katolik memang hipokrit dan tolol. Karena Injil Barnabas >banyak miripnya dengan Al Qur'an dan ditulis jauh sebelum ada Al Qur'an, >Injil itu disembunyikan, takut kalau umat kristen berbondong-bondnong >masuk islam, sampai ada seseorang yang berhasil membawa keluar dari >perpustakaan vatikan dengan nyogok/nyolong?
Anda benar bahwa karena kegoblokan pemula-pemula gereja Kristen (yang dipanggil Bapak-bapak Gereja), ke-tiga-oknum-an Tuhan ini malah dijadikan patokan. Saya sendiri menolaknya.
Mengenai Injil Barnabas, saya tahu alasannya. Tapi tidak perlu dibicarakan di sini karena kita bukan berniat membicarakan Al Qur'an atau Injil.
>Memilih injil pun dilakukan dengan cara yang bego banget: menumpuk >ratusan injil, kamar digelapin dan mata ditutup kemudian berdoa dan >diambil 4 macam tanpa ada usaha untuk mempelajari satu persatu. Ini >sejarah kegoblogan gereja yang tidak bisa dibantah. Dan injil empat yang >luar biasa goblognya ini disebar kemana-mana. Injil lain dinyatakan >terlarang, tidak diakui dll. Yang percaya injil lain diluar yang 4 >adalah kafir, menjadi domba yang sesat dsb. Pada jaman sebelum >renaissance, dirajam dan dibunuh. Nggak ada bedanya dengan >penindas-penindas rakyat Indonesia masa kini.
Bukan cuma itu saja. Bagian pertama kitab suci Kristen (Perjanjian Lama) diambil dari kitab suci orang Yahudi yang tidak percaya Yesus sebagai al masih. Kemudian orang Kristen memakai ayat-ayat dari kitab suci Yahudi ini untuk menerangkan bahwa kedatangan Yesus sudah dinubuatkan. Memang lucu. Tapi kalau mereka mau percaya ya silakan saja, bukan?
>Coba pikir: dengan logika anda, tuhan itu sebagian mirip manusia maka >dia punya anak, tuhan menciptakan tikus maka tuhan sebagian (some of) >mirip tikus. Tuhan menciptakan cacing yang hemaphrodit, maka tuhan itu >(agak) homoseks, tuhan itu (agak) gay atau lesbian kalau perempuan. >Karena tuhan itu menciptakan kelamin perempuan dan laki-laki, maka tuhan >itu juga perempuan dan laki-laki. Tuhan menciptakan makhluk yang suka >sodomi, maka tuhan itu suka pada (some of) sodomi. Ini logika apaan?
Tuhan mirip tikus? Itu kata-kata anda. Kalau saya: ada sifat Tuhan dalam binatang tikus, atau kecoa, atau cacing, atau batu dan debu. Tidak berarti bahwa Tuhan itu punya wajah seperti anda, punya buntut seperti tikus, punya kaki enam seperti kecoa, dan hermaphrodit seperti cacing (actually, it could be fun to have a God who is like that).
Tuhan juga menciptakan orang yang buta, yang lumpuh, yang idiot, and yes, yang homoseksual juga.
Apakah sodomi itu lebih buruk daripada keinginan anda untuk bersenang-senang termasuk berindehoi dengan pelacur? Coba jawab secara ilmiah, kenapa anal sex lebih buruk daripada vaginal sex? Kan sama-sama lubangnya? Kalau cuma karena fungsi sang lubang, kenapa oral sex diterima? Stop di sini sebelum Dede Oetomo ikut nimbrung. (Kalau Pak Dede kebetulan ngedengerin, salam dari Boston).
Salah satu sifat Tuhan yang diberikan kepada makhluk hidup adalah kebebasan penuh untuk bertindak. Ini bukan cuma berbuat baik, tapi juga bisa jahat. Kalau tidak, kita cuma jadi robot yang diatur oleh "kekuasaan alam" seperti yang anda percayai. "Nothing happens without the consent of the Lord", berarti Tuhan membolehkan apa saja dilakukan. Bukan MEMBUAT manusia untuk bertindak sesuai dengan kesenanganNya, tapi mengizinkan manusia untuk berbuat sesukanya. Kenyataannya kan begitu. Anda mau bunuh diri atau bunuh orang lain kan dibiarkan saja oleh Tuhan. Walaupun demikian manusia juga diberi sifat untuk bisa tahu mana yang baik dan mana yang tidak.
Kalau saya setuju dengan kepercayaan Kristen, itu adalah bagian di mana hubungan Tuhan dan manusia ini seperti orangtua dan anak. Saya memberi anak saya kebebasan penuh untuk menentukan masa depannya, tapi juga saya bekali dengan pengetahuan untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak. Selebihnya terserah dia sendiri. Barulah anak saya bisa berkembang menjadi manusia yang utuh.
>Saya bukan agak anti kristen, cuman merasa lucu saja membaca orang yang >mempertahankan takhayul yang sudah nggak laku dengan topeng sci-tech. >Saya juga sudah pernah menulis bahwa kalau diteruskan diskusi ketuhanan >dengan latar belakang agama, maka agama kristen dan hindu yang paling >sial dan ancur.
Kalau mau ngomong takhayul, agama mana yang bisa lepas? Apa dikira Islam tidak lucu? Sholat harus mengarah ke Mekah, harus jungkar jungkir, menengok ke kanan dan ke kiri sekian kali. Waktu naik haji Kaabah diputar-putari sambil melempar batu kepada setan. Pulang-pulang bawa air zam-zam.
Itu saja, saya tidak mau ngomong yang diluar topik kita.
>>Mardi: >>Konsep Tuhan adalah ADA dari ADA, bukan ADA dari TIADA. Ini suatu >>axioma. Tidak bisa dan tidak perlu dibuktikan. Kalau ini dipersoalkan, >>maka semua diskusi dan pembicaraan menjadi percuma (moot).
>Urip: >Kalau sudah pakai aksioma, ya udah tutup. Anda menawarkan konsep asal >menang, biarpun nggak masuk akal sama sekali. Lebih bagus kalau bilang: >saya kagak tahu, daripada pake aksiom yang nggak masuk akal.
Sebelum Big Bang ada apa? Apa bisa buktikan kalau tidak ada apa-apa? Biar Stephen Hawking juga tidak bisa jawab. Tapi untuk mengerti teorinya, terpaksa kenihilan itu harus dijadikan patokan, dijadikan dasar, dijadikan aksioma. Kalau dipertanyakan terus ya teorinya jadi nihil juga.
Saya katakan Tuhan itu ADA dari ADA, karena Joko mengemukakan adanya Tuhan diatas Tuhan. Lalu Tuhan yang diatas itu ada atasnya lagi atau tidak? Kan tidak habis-habisnya. Jadi harus kita ambil suatu titik di mana Tuhan itu yang paling atas. Nah pada titik itu, harus kita terima bahwa Tuhan itu ADA dari ADA.
>Di sini konsep orang agnostik lebih bagus. The existence of god is not >impossible, but improbable.
Buat saya agnoticsm itu omong kosong. Hanya karena tidak bisa membuktikan terus dianggap improbable. Mau bilang impossible tidak berani, karena bisa salah. Walaupun demikian agnoticsm itu masih jauh lebih baik daripada agama yang diajarkan untuk tidak mempertanyakan Tuhannya, penganut-penganutnya jadi mati beku.
>Urip Mawut
-Mardi P.
[INDONESIA-L] Re: Kenapa Para Scien (r)
Subject: Re: Kenapa Para Scientist Sulit
Menerima Tuhan?
From: Mardi Pangestu Date: Sat, Jan 30 1998 11:34:24
To: apakabar@clark.net
From: Mardi P.
To: "Nara M'Asaman" nmasaman@hotmail.com
To: "Sangkakala Jagad" lagad@hotmail.com
To: "JONO LOKA" cantrik@hotmail.com
To: "urip mawut" uripmawut@hotmail.com
To: MOESDARSANTO <moesdar@mega.net.id>
>Subject: Re: Kenapa Para Scientist Sulit Menerima Tuhan?
Terimakasih atas tanggapan anda semua. Saya senang bahwa tanggapan anda tidak menjurus kepada polemik keagamaan, tetapi berdasarkan suatu analisa yang lebih menjurus kepada hasil perenungan kita masing-masing.
Seperti yang anda tangkap, tujuan masukan saya itu bukanlah berupa pertanyaan atau pernyataan bahwa sesungguhnya para scientist sulit menerima Tuhan, melainkan berupa suatu karikatur yang "nyemoni" (membuat parodi) tentang kepercayaan agama Timur Tengah.
Sebagai informasi bagi anda yang mungkin masih baru di 'apakabar' ini, ada beberapa netter (termasuk saya dan Urip Mawut) yang membentuk diskusi tentang esensi agama seperti Eksistensi Tuhan, Fungsi Agama, Keinginan dan Kehendak, Kasih, dll. yang seringkali muncul dalam Rubrik Diskusi Filsafat. Kami tidak berpijak pada suatu akidah agama tertentu tapi lebih menggunakan hasil perenungan akal dan rohani kami sendiri. Anda yang tertarik silakan mampir dan ikut urun rembug. Masukan yang berdasarkan kepercayaan agama anda sendiri tidak akan ditolak, tapi juga jangan kaget kalau akan dipertanyakan legitimasinya. Anggota group ini juga sering mengirim e-mail melalui jalur pribadi, kalau anda tertarik, harap hubungi Urip Mawut.
---------------------------------------------
>dari Nara M'Asaman
>12. Karena konsepsi keTuhanan hanyalah merupakan pencerminan dari >angan2 manusia jaman dahoeloe akan adanya Ratu Adil yang ber- >kuasa mutlak,
Saya rasa ini kesimpulan yang terburu-buru. Konsep ketuhanan sudah ada jauh sebelum orang mengenal konsep ratu, konsep adil, dan konsep mutlak.
Saya lebih setuju kepada faham agnostik yang bersikap "tunggu dulu". Tidak menolak, tapi juga tidak mau dengan gampang menerima konsep ketuhanan. Untuk diskusi faham agnostik, Urip Mawut lebih lihai daripada saya.
>Jadi keTuhanan adalah suatu proyeksi dari harapan >orang jaman doeloe yang sudah tidak lagi relevan kalau ditin- >jau dari kacamata demokrasi,
Menurut saya, ketuhanan itu relevan kapan saja. Baik dulu, sekarang, maupun sepuluh ribu tahun lagi. Walaupun mungkin tidak selalu dalam bentuk ajaran agama yang kita kenal sekarang ini.
Tentunya anda pernah baca atau dengar mengenai penemuan adanya God Spot di dalam otak kita, yang katanya membuat orang suka membicarakan hal-hal yang bersifat spirituil.
Terlepas dari God Spot itu, saya rasa deep down manusia itu menyadari bahwa mereka membutuhkan semacam kendali psikologis. Karena menyadari bahwa mereka mempunyai "sesuatu" yang ada di luar kontrol mereka, yang lebih abstrak daripada tubuh dan akal yang mereka bisa kontrol ini. Mereka mengharapkan konsep ketuhanan ini bisa menjadi kendali psikologis tersebut.
Sejak Socrates memikirkan tentang republik yang demokratis, sampai sekarang ini, belum pernah ada negara demokrasi yang terlepas dari konsep ketuhanan. Pemisahan agama dan negara tidak menolak adanya konsep ketuhanan, tapi mengenal bahaya penyelewengannya.
------------------------------------------
>dari Sangkakala Jagad
>Sedangkan scientist yang >secara intelektual memang lebih maju, mempunyai keberanian untuk membuat >pernyataan ketidak percayaan serta lebih berani dalam memutuskan sikap >serta memutuskan dasar prinsip terhadap penolakan thd tuhan tsb.
Saya rasa, keragu-raguan tentang eksistensi dan fungsi Tuhan tidak tergantung dari kemajuan intelektuil seseorang, tapi dari keberanian seseorang untuk bertanya. Agama, yang mana saja, memberikan rasa aman kepada penganutnya. Walaupun seringkali penganutnya tidak mengerti, tapi karena sudah menjalankan aturannya, maka mereka merasa sudah menjadi orang baik.
>Mungkin yang anda maksud di sini adalah adam dan pasangannya yang >termakan oleh hasutan iblis, yang dikabarkan diusir dari sorga karena >berbuat nista. Tapi secara pribadipun dalam diri saya masih jadi >polemik, sorga yang manakah asal adam ini. Tidak juga tertutup >kemungkinan tuhan menggunakan bahasa sastra atau analogi untuk >mempertajam kesan, sehingga manusia dengan mudah dapat mencernanya.
Jelas anda termasuk seorang yang suka merenung juga. Ternyata dalam anda membuka diri atas kemungkinan-kemungkinan lain yang tidak secara harafiah dituliskan dalam kitab-suci tertentu.
Tapi, berapa banyak orang yang bersedia mati untuk mempertahankan keharafiahan cerita Adam dan Hawa itu, ataupun cerita tentang Nuh dan banjir bandangnya?
>Mungkin seorang ahli fiqih akan menjawabnya dengan >baik. Kalau saya hanyalah seorang yang belum menjadi kafir.
Saya menolak orang yang mengaku dirinya sebagai seorang "ahli". Kita semua sama-sama orang buta yang berusaha mendefinisikan seekor gajah dengan meraba bagian tubuhnya. Mungkin si "ahli fiqih" tersebut sudah pernah meraba di dua tempat, tapi itu tidak membuatnya menjadi "ahli gajah".
Saya meraba, anda meraba, orang lain juga meraba. Yang kita raba tetap saja gajah satu itu. Diskusi kita semacam ini, hanyalah berniat untung menyatukan dan membandingkan hasil rabaan-rabaan kita yang berbeda-beda.
>>10. Mungkin benar Dia menciptakan alam semesta. Tapi apa yang Dia sudah >>akukan sejak itu?
>Maen dadu dan menghisap cerutu. Atau mungkin dia tidak lagi perlu >melakukan apa-apa karena alam semesta dia ciptakan demikian rupa >sehingga dapat melakukan segala sesuatunya sendiri.
Saya setuju. Saya pernah mengajukan cerita bagaimana programmer membuat suatu computer game yang interaktif. Dia membuat wawasan dan aturan-aturan mainnya, tapi bagaimana "nasib" subyek-subyek dalam permainan itu tergantung sepenuhnya dari pemain game itu sendiri.
>Atau jangan-jangan alam semesta ini adalah makhluk hidup dan kita adalah >bakhteri yang menempel di saluran pembuangannya. Seperti bagaimana >halnya bakhteri menyadari kehadiran kita sebagai inangnya.
Plato membayangkan dunia ini terletak di ujung kuku kaki seorang raksasa.
>11. Dia membuat yang enak tidak baik, dan yang baik tidak enak. >Yang ini rasanya, tidak begitu tepat. Banyak hal-hal yang sepertinya >enak tetapi membawa resiko dan konsekwensi negatif dalam kehidupan .dan >pelarangan oleh agama telah dilakukan dengan alasan yang cukup tepat.
Point ini saya buat untuk "menyinggung" Urip Mawut yang berfaham hedonistik (mau senang-senang saja). Bagi saya, keinginan naluriah untuk mendapatakan kenikmatan itu adalah suatu hal yang positif, walaupun demikian realisasi dari keinginan itu tergantung dari kehendak kita yang bisa kita kontrol berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Topik diskusi mengenai "keinginan" dan "kehendak" sekarang sedang berjalan dalam rubrik diskusi filsafat yang saya sebut di atas.
-------------------------------------
>dari Jono Loka
>Anda keliru, Dia juga menuliskan semua ilmu yang ada didunia ini.
Lebih tepatnya, sabdaNya juga ternyata dalam alam semesta ciptaanNya. Ilmu pengetahuan hanyalah kumpulan hasil manusia setelah "membaca" sabdaNya yang tak tertulis itu. Sayangnya, bagi kebanyakan orang "beragama", kitab-suci merekalah yang merupakan satu-satunya referensi atas Tuhan mereka.
>apakah benar Nabi >Muhammad betul-2 tidak bisa baca tulis mengingat pamannya ahli sastra, >dst.nya
It doesn't matter. Apakah cerita-cerita dalam ajaran agama itu benar atau tidak, tidak akan mempengaruhi esensi agama. Yang lebih penting, apakah anda mempunyai kesadaran esensi itu.
>Contohnya: makam Siti Hawa ada di Jeddah, pertemuan Adam dan Hawa di >Jabal Rahmah,
Atau di Peking atau di New York atau di Jakarta. Sekali lagi, it doesn't matter.
>Untuk seorang ilmuwan hal2 tsb tak masuk akal, itu hanyalah KIASAN.
Mungkin. Tapi kalau itu saja yang dipermasalahkan, tujuan kita untuk mencapai kesadaran rohani akan terhambat.
>Seorang ilmuwan yang BEBAL saja mengharapkan kemunculanNya, seorang il- >muwan yang utuh mengetahui kehadiranNya, karena Dia dekat sekali dengan >kita tapi tidak bersinggungan dan juga jauh tak terhingga dari kita.
Saya rasa mempertanyakan existensi Tuhan itu tidak bebal. Juga menginginkan adanya suatu bukti yang menyatakan bahwa Tuhan itu ada. Yang bebal adalah mereka yang menerima konsep ini tanpa pernah mempertanyakannya.
Sayang anda tidak menjelaskan bagaimana anda tahu bahwa "Dia itu dekat tapi tidak bersinggungan dengan kita."
>*Apakah yang anda maksud Sepuluh Firman Allah? >Sekarang sudah saatnya diganti, disesuaikan dengan zaman sekarang, pola >pikir abad Ke 8 harus diganti.
Abad ke VIII? Musa itu (katanya) hidup 4000 tahun sebelum Masehi.
Bukan diganti, tapi dimengerti dasarnya.
Yesus mempersingkat perintah-perintah itu menjadi dua saja, tapi orang masih belum menyadari esensinya. Muhammad berusaha menjabarkan esensi itu menjadi lima tindakan. Buddha, menjadi delapan jalan hidup suci. Di Indonesia pada jaman moderen ini, malah dicekokkan kepada kita Pancasila, yang tujuannya sama, yaitu "membimbing" kita menuju ke arah keharmonisan hidup bersama.
>Semua yang diciptakan diserahkan kepada ciptaanNya, karena ciptaanNya se- >lalu berkembang menjadi pandai dan diharapkan menyamaiNya, paling tidak >mendekati persamaan dengan yang mencipkanNya.
Saya setuju dengan kesimpulan ini. Tapi lebih dari kemampuan intelektuil, ada sesuatu hal lain yang, saya rasa, manusia tahu mereka harus capai. Oleh karena itu dari awal kebudayaan manusia sampai sekarang (sudah 20.000 tahun lebih), selalu timbul pertanyaan-pertanyaan (philosophical) yang bukan bertujuan untuk mengembangkan intelegensia semata-mata. Kenapa orang bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti itu?
Saya tidak bisa menerima kungkungan wacana dan ajaran agama, salah satunya karena pertanyaan-pertanyaan semacam itu selalu di-dismiss sebagai "bisikan Iblis" atau "kesombongan manusia yang mau melebihi Tuhan". Atau dengan kata lain, kemanusiaan saya dimatikan.
>>11. Dia membuat yang enak tidak baik, dan yang baik tidak enak.
>Hal tsb berlaku bagi ciptaanNya yang masih dasar pengetahuannya, bagi >yang sudah lanjut tak ada barang enak dan tidak enak.
Lalu, yang ada barang apa?
Apa salahnya menyukai yang enak, dan tidak menyukai yang tidak enak?
Makhluk hidup (termasuk binatang dan tumbuh-tumbuhan) dibuat dengan kemampuan untuk merasakan nikmat. Bukan hanya kenikmatan jasmani saja, tapi juga kenikmatan atas hal-hal yang lebih abstrak, seperti musik, persahabatan, kasih, dsb.nya.
Kenikmatan itu perlu sebagai tanda bahwa barangnya berguna bagi survival of the species. Pertanyaannya, kapan hal yang enak itu berubah menjadi sesuatu yang tidak baik? Bagaimana kita bisa mengenalnya?
Kalau yang anda maksudkan "yang sudah lanjut" adalah mereka yang sudah mempunyai kesadaran, saya setuju.
Bagi orang yang telah mencapai kesadaran rohani, enak atau tidak bukan menjadi dasar pengambilan suatu tindakan, tapi apakah tindakan itu akan menimbulkan keharmonisan dalam kehidupan atau tidak.
------------------------------------------------
> dari Moesdarsanto Pangestu
>Menilik namanya, Sdr. adalah orang Jawa.
Saya memang dibesarkan di Jawa dengan bahasa, kebudayaan, dan kepercayaannya. Tapi nama Mardi Pangestu bukanlah nama saya yang sesungguhnya, saya ambil sebagai nama pena saya di dunia Internet ini.
Tanggapan anda sangat menarik dan harus saya cerna dulu. Saya akan tanggapi secara terpisah.
Sementara itu saya mengundang anda untuk membaca tulisan-tulisan saya dalam rubrik diskusi filsafat sekedar untuk mengetahui posisi saya di mana.
Salam untuk semua, -Mardi P.
[INDONESIA-L] RUBRIK: DISKUSI AGAMA
apakabar@clark.net 17-Dec-97
Date: Wed, 17 Dec 1997 12:29:34
To: apakabar@clark.net
Subject: Diskusi Agama
From: Mardi P.
>From: "kms hat" <abibakr@hotmail.com> >Subject: God Spot - God Module
>Prof. V Ramachandra bersama tim nya dari Universitas California >tiba-tiba menarik perhatian dunia saintis. >"Tim Universitas California mengclaim menemukan jaringan baru yang >disebutnya God Spot, noktah otak yang merespons ajaran moral keagamaan".
Siapa lagi yang menemukan kalau bukan orang India (yang religiusnya tidak ketulungan). Kalau kebetulan yang menemukan adalah Eddy Sukrisno atau Urip Mawut, tentu lain lagi namanya. EGP-spot?
Anyway, terjemahan anda sedikit keliru. Godspot membuat orang berobsesi terhadap hal-hal yang religius (supra-natural) bukannya AJARAN MORAL agama.
Sebenarnya, penemuan ini malah menunjukkan bahwa roh dan kesadaran rohani itu perlu diragukan existensinya. Karena keinginan untuk berspirituil ternyata hanya merupakan salah satu fungsi otak saja yang bisa dirangsang atau dimatikan, misalnya pada pasien lobotomi yang dirusak otak depannya (frontal lobe).
Seperti dalam halnya kecanduan rokok atau narkotika, yang disebabkan karena kandungan zat kimianya merangsang produksi serotonin di otak yang menimbulkan kenikmatan. Kita tidak bisa katakan bahwa memang pada dasarnya manusia itu ingin kecanduan. Dari sudut yang sama, kita juga tidak bisa mengambil kesimpulan bahwa Godspot membuktikan bahwa pada dasarnya manusia ingin beragama.
Harus diteliti lebih jauh apakah Godspot itu bukan hanya merupakan suatu defense mechanism supaya manusia bersikap submissive terhadap suatu kuasa yang belum/tidak dikenal. Maksudnya, kalau manusia tidak mempunyai mekanisme demikian, mereka mungkin tidak akan berhati-hati dalam menghadapi suatu yang tidak dikenal yang mungkin berbahaya bagi mereka.
Harus diselidiki apakah kalau dihadapkan kepada sesuatu yang mungkin berbahaya seperti itu Godspot akan menjadi aktif atau tidak.
Seringkali, kita mengagung-agungkan kebesaran Tuhan dengan memberikan contoh indahnya pemandangan alam dan harumnya bunga. Bahkan netter Abu Hayna menulis bahwa keindahan itu adalah cara Tuhan untuk membuktikan bahwa diriNya exist (yang saya sendiri setuju). Tapi ternyata, di otak dikenal ada yang namanya gelombang alpha dan beta yang menimbulkan kenikmatan. Gelombang-gelombang ini muncul pada waktu kita merasa apa yang kita indera itu menyenangkan (indah, cantik, wangi, halus seperti sutera, merdu, lezat, dsb.nya). Jadi tujuan sebenarnya bukanlah untuk mengenal Tuhan, tapi suatu mekanisme otak saja.
Kenapa orang perlu merasa nikmat, senang, takut, susah, dsb.nya? Untuk menjaga diri dari bahaya, atau mendekatkan diri pada sesuatu bisa memperpanjang kehidupan. Saya rasa untuk setiap perasaan tsb. ada spot-nya atau mekanismenya di otak.
>- Bagaimana dengan kening orang atheis ? Yang tampaknya mereka tak mau >merespond ajaran agama, atau hanya tertutup sementara (error), atau memang cirkuitnya rusak. >- Atau muslim yang tidak sholat dan jahat, bagaimana pula kondisi hardware, software dan os-nya. >Kalau saya, jawabnya : EGN (EngGak Nyampe) atau M (Mumet).
Siapa bilang orang Atheis tidak punya Tuhan? Tuhan mereka ya keatheisan mereka itu. Seperti yang saya katakan di atas, Godspot itu bukan responsif terhadap ajaran agama, tapi terhadap hal-hal yang spirituil. Ajaran agama, seperti sholat, puasa, bersedekah dsb.nya adalah hal-hal etis yang tidak bersangkut-paut dengan spiritualitas.
Konsep Tuhan itu hanyalah ajaran agama yang banyak orang terima begitu saja. Saya rasa orang yang betul-betul atheis lebih spirituil daripada orang "beragama" yang cuma menerima saja. Dalam otak orang yang cuma ikut-ikutan itu saya rasa Godspotnya tidak aktif.
Sebaliknya, Godspot bisa overaktif pada orang yang tidak beragama sekalipun, misalnya pembunuh berantai yang membunuh banyak orang karena merasa mendapat titah langsung dari Tuhan.
>Wallahu a'lam . >Abibakr.
-Mardi P.
[INDONESIA-L] RUBRIK - Diskusi Agam (r)
apakabar@clark.net 06-Jan-98
From: "urip mawut" uripmawut@hotmail.com
To: apakabar@clark.net
Subject: Rubrik: Diskusi Agama Date: Mon, 05 Jan 1998 22:54:41 PST
Salam dan Merdeka
>From: Lukito Hardjanto lukito@bigfoot.com
>Subject: re: Rubrik: Diskusi Agama by Markus BNA
> >Saya adalah seorang muslim. > Sama, sesuai KTP saya, saya tercatat sebagai orang Islam
>Saya hanya ingin menambahkan sedikit sumbang pemikiran pada surat dari >saudara Markus BNA tentang kritiknya bahwa AlQuran pada dasarnya tak >patut dijadikan panutan. Beberapa bagian dari surat sdr. Markus BNA saya >setujui, tapi yang terutama tidak saya setujui adalah beberapa >kalimatnya yang kasar dan menyinggung umat Islam. > Kritik diperlukan, kasar dan halusnya bahasa disesuaikan dengan emosi pada saat menulis. Saya lebih suka halus, agak kasar boleh tapi selingi dengan humor segar.
>Perlu diketahui bahwa inti dari pemikiran saya adalah: >1. Agama Islam itu baik, tapi perlu penyesuaian dengan jaman yang >berubah. >2. Pada dasarnya Allah tak merasa perlu disembah, yang lebih penting >bagi Allah bukannya manusia menyembah Allah (bersembahyang), tapi yang >lebih penting adalah manusia tidak berbuat jahat kepada orang lain >(sesama manusia) baik dalam tindakan nyata maupun dalam pikiran saja. > Itulah sebabnya saya sembahyang jika saya memerlukannya, biasanya hari Jum'at kalau khatibnya OK. Sayalah yang perlu sembahyang, bukan tuhan yang minta disembah. (Meskipun saya ragu dengan eksistensinya, orang agnostik adalah orang yang yakin dengan skeptisismenya. Saya yakin adanya Hukum Alam yang juga tidak minta disembah.)
>Untuk lebih jelasnya, pemikiran saya adalah sebagai berikut: > >1. Kekurangan agama Islam yang tak sesuai dengan perkembangan jaman >adalah: > >a. kewajiban wanita memakai jilbab.
Akur. 6 saudara perempuan saya pakai jilbab semua, saya sering ngeledek bahwa jilbab mereka bau (hanya 1 yang jorok), mereka protes lantas ledekan-2 saya hentikan. Namun semuanya mengakui, jilbab hanya menyusahkan saja. > >b. kewajiban solat 5 waktu. >Ini betul-betul akan menyeret umat Islam ke jurang ketertinggalan >pembangunan ekonomi dan teknologi dari bangsa lain. Solat 5 waktu sangat >memboroskan waktu. Solat lima waktu akan memboroskan waktu minimal 2.5 >jam yang sangat berharga yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan. > Saya berbeda pendapat, solat sering-sering itu bagus kalau dengan niat yang serius. Buahnya, orang yang serius menjalankannya pasti jadi orang bersih, concern terhadap the opressed (kaum dhuafa), menolong yang *unempowered*. Cuman saya nggak tahan, konsentrasi penuh 5 kali sehari. Yang mengatakan sholat itu enteng adalah pembohong. Atau sholatnya adalah sholat gombal, hanya patok-2 tanah kayak ayam yang patok-2. Emak saya bilang *koyo pitik thuthul-2. > >c. Kewajiban berhaji ke Mekkah. >Ini betul-betul suatu pemborosan luar biasa yang sangat >menguntungkan negara Arab. >Tiap kali berhaji, rakyat Indonesia menghabiskan minimal Rp. 6 juta yang >kadang diperoleh dengan menjual tanah dan membuatnya menjadi miskin. >Padahal masih banyak rakyat lain yang membutuhkan uang Rp. 6 juta itu. > Setuju. Segala tingkah menjalankan Haji itu adalah menirukan orang paranoid dan panik. Salah satu istri nabi Ibrahim panik karena anaknya nangis terus kehausan, lalu ia lari-2 bolak-balik kebingungan. Apakah hanya karena beliau istri nabi Ibrahim, lalu orang seluruh dunia disuruh ikut-ikutan panik? Ini disebut Sa'i. Melempar Jumrah maksudnya menirukan istri Ibrahim yang melempar setan. Emang ada setan? Adanya tuhan saja masih diperdebatkan. Mengelilingi ka'bah 7 kali dilakukan oleh para geblegwan geblegwati seluruh dunia. Kalau ketinggalan salah satu saja, anda harus sembelih kambing tergantung berapa macam yang anda tinggalkan. Masak niruin orang panik, jutaan kambing jadi sasaran?
Hanya wukuf (hening, meditasi, refleksi) di Arafah saja yang agak masuk akal. Tapi tidak harus di Arafah. Melakukan refleksi dimanapun tidak ada halangan.
Rp. 6-8 juta untuk melakukan refleksi termasuk mahal. Apalagi menirukan orang panik sampai mati dan mayat bertimbun-timbun karena keinjak-injak seperti yang terjadi pada tahun 1988. Mati sahid? I'm agnostic about it. Salah seorang yang keinjek-injek itu mengacungkan tongkatnya tinggi-2 waktu terbaring, dan orang yang mendekatinya (mau nginjek) dikemplangnya pakai tongkat. Teman saya hampir kena kemplang tongkat seperti itu, untuk balik sebelum terjadi kemacetan di lorong sa'i.
>Apakah orang yang berhaji tapi tak mau bersedekah akan masuk surga?
Makanya saya tidak mau haji. Kalau untuk pariwisata ke Arab waktu ada duit OK saja.
> >d. Muhammad sebagai seorang nabi. >Ini menurut hemat saya hanyalah cara Muhammad untuk meninggikan >dirinya dan mendapatkan keuntungan bagi rakyat Arab. Apakah masuk akal >bahwa semua bangsa di dunia yang memeluk Islam harus tunduk kepada >seorang Arab hanya karena dia mengatakan bahwa ucapan-nya didikte oleh >Allah? >Saya pun dapat mengatakan begitu dan mengharapkan orang tunduk kepada >saya. (...) Saya beda pendapat. Mungkin benar Muhammad adalah seorang nabi. (Orang agnostik selalu skeptis) Namun ia tetap seorang manusia. Ia dilahirkan di Arab jaman jahiliyah. Ia tak dapat melepaskan dirinya dari belenggu budaya pada saat itu. Ia bermaksud mengikis semua budaya jahiliyah, namun apa lacur ia sendiri berada pada wacana buadaya itu. Contoh kecil: ia disunat oleh kakeknya, padahal ia tak pernah minta disunat karena masih bayi. Dan korbannya adalah anda, saya dan semua laki-laki di seluruh dunia yang terpaksa dipotong TITIT-nya hanya untuk menirukan *nasib sial* yang menimpa Muhammad. Alasan kebersihan dan kesehatan? Itu khan kata orang Yahudi yang juga selalu bersunat.
Ngomong-2 saya juga sial nih, titit saya seharusnya 1/2 cm lebih panjang (kulitnya).
>Pemujaan kepada Muhammad yang berlebihan akan menjerumuskan umat >Islam ke jurang ketertinggalan teknologi karena segala pemikiran >rasional tertunda demi menuruti doktrin yang tak jelas ujung pangkalnya. > Ingat ia juga seorang manusia yang tak luput dari salah. Banyak yang bilang ia maksum (bebas dari kesalahan). Tapi sejarah mengatakan ia juga sering bikin kesalahan. Contoh yang gampang: ia kadang lupa berapa rakaat sholatnya. Ada yang dikoreksi oleh sahabatnya, tapi berapa kali yang tak ketahuan? Dalam ha-hal lain banyak juga kesalahannya. Dalam perang ia pernah kalah. Kekalahan dalam perang adalah kesalahannya mengambil strategi, tapi ditimpakan kepada tentaranya yang kehausan.
>e. kewajiban solat dalam bahasa Arab. >Ini betul-betul penjajahan/imperialisme yang paling konyol dan >bertahan paling lama di muka bumi tapi paling banyak dianut oleh semua >bangsa karena kebodohan mereka sendiri. >Masuk akalkah bahwa semua bangsa di dunia harus tunduk kepada satu >bangsa dan satu bahasa yaitu bahasa Arab? Bagaimana jika orang berdoa >dalam bahasaArab tapi tak mengerti isinya? Bagaimana bila imam berdoa >dalam bahasa Arab tapi umatnya ada yang tak mengerti maksudnya? Apakah >orang harus dibiarkan dalam kebodohan demi menuruti doktrin tak masuk >akal dan ketinggalan jaman itu? > Saya sholat masih dalam bahasa Arab, tapi berdo'a pakai bahasa Jawa ngoko. Merurut Mardi yang kristiani ia punya sifat kebapakan (Tapi beliau nggak berani lagi bilang Tuhan Jesus atau Anaknya Tuhan/Allah.) Menurut saya ia juga punya sifat kekoncoan, seperti teman saya yang ada dimana-mana menurut akal saya (Perasaan saya masih meragukan keberadaannya). Jadilah saya berdoa pakai bahasa egaliter: Jawa Ngoko. Kowe untuk Engkau. Aku untuk Hamba dsb.
>SANGAT PERLU DIWASPADAI KETAATAN MUTLAK TERHADAP SUATU AJARAN TANPA >PENYESUAIAN DENGAN KONDISI JAMAN. > >Contoh gamblang: > >Solat menurut Qur'an harus berkiblat ke Ka'bah. Ini berlaku selama >manusia hanya berdiam di bumi. >Bila pada suatu waktu umat manusia menemukan planet baru, kemana arah >kiblat? > (Di bulan) Sholatnya terlentang untuk menghadap bumi (ka'bah), atau tengkureb waktu bumi ada dibalik permukaannya.
>Inti keyakinan saya ialah: >1. Saya tak mau berbuat jahat kepada orang lain. >2. Saya ingin umat manusia semakin maju dan saling mengasihi. >3. Saya tak percaya dengan aturan tak masuk akal, seperti: jilbab, solat >5 waktu, haji ke Mekkah, doa harus bahasa Arab, kiblat ke Ka'bah, aturan >tak boleh makan dagin babi. > Ini adalah EGP dalam bahasa saya. Saya kagak tanyain lagi Tuhan itu ada atau enggak. Saya tidak persoalkan lagi apa agama saya, agama anak saya, agama istri saya atau agama siapapun atau tuhan siapapun. Tapi saya setuju dengan butir-2 di atas dan melakukannya.
>Salah satu ajaran Islam yang sangat saya hormati adalah: > >1. tak boleh minum alkohol setetespun. (' DAN BILA MINUM SECAWAN ARAK >HARAM, MAKA MINUM SETETESPUN HARAM JUGA') >Ini menunjukkan ketegasan dan disiplin yang sangat RASIONAL!!! > Alkohol-lah yang harus dilarang, bukan zat psikotropika. (Berdasarkan tingkat bahaya, tapi karena saya permisif, ya silahkan saja. Nicotine, narcotics and alcohol kill you. Bunuh diri juga nggak ada yang melarang kok.
Sayang kebanyakan umat Islam itu hipokrit. Alkohol dilarang, kuah tape/tapai ditenggak. Tapenya diembat untuk buka puasa. Tape itu mengandung 2-4% alkohol, sedikit lebih kecil dari beer yang 4-5%. Kiai dan ulama juga seneng tape.
>2. harus berpuasa selama sebulan penuh.
Bagus tapi saya nggak tahan. Bukan nggak tahan makan minum, tapi nggak tahan persyaratan-2 lainnya: nggak mengumpat, nggak lihat ke tetek orang yang berlalu-lalang, nggak ngomong jorok, nggak ngrasani, nggak ini, nggak itu dll. Apa bedanya sih dengan bertapa dalam kepercayaan Hindu? Atau "topo ngrame" dalam jargon Jawa abangan? > >[Demi kemajuan seluruh umat manusia di muka bumi ini, baik umat Islam, >Nasrani, Buddha dan sebagainya.] > Urip Mawut
Demi hidup rukun dan saling toleran terhadap orang yang berpikiran tidak sama.